Polling CNBC Indonesia

Hidup Makin Susah, Ekonomi Kuartal IV Diramal Melorot

maesaroh, CNBC Indonesia
03 February 2023 14:25
Antrean Kendaraan Mengisi Pertalite di SPBU Pertamina Saat Isu Kenaikan BBM Bersubsidi
Foto: Sejumlah kendaraan mengantre untuk mengisi BBM di SPBU Pertamina, kawasan Pondok Cabe, Tangerang Selatan, Rabu (31/8/2022) malam. (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal IV-2022 diperkirakan akan turun signifikan dibandingkan dua kuartal sebelumnya. Pertumbuhan diproyeksi hanya mencapai 5,03% (year on year/yoy).

Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari 12 institusi juga memperkirakan pertumbuhan ekonomi mencapai 5,03% (yoy) dan tumbuh 0,49% dibandingkan kuartal sebelumnya (quarter to quarter/qtq).

Sebagai catatan, ekonomi Indonesia tumbuh 5,72( yoy) pada kuartal III-2022 dan 5,45% (yoy) pada kuartal II-2022.  Secara qtq, ekonomi Indonesia tumbuh 1,81% pada kuartal III dan 3,72% pada kuartal II-2022.

Hasil polling lebih rendah dengan proyeksi pemerintah. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, pekan lalu, memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal IV-2022 akan menembus 5,3-5,4%.

Dengan menghitung pertumbuhan ekonomi kuartal I-III pada 2022 dan proyeksi kuartal IV-2022 maka pertumbuhan ekonomi full year 2022 akan berada di angka 5,3%. Pertumbuhan akan lebih tinggi dibandingkan pada 2021 sebesar 3,69%.

Proyeksi ini sejalan dengan perkiraan Bank Indonesia, pemerintah, hingga sejumlah lembaga.

Badan Pusat Statistik (BPS) akan mengumumkan data pertumbuhan ekonomi kuartal IV-2022 dan keseluruhan 2022 pada Senin (6/2/2023).

Pertumbuhan ekonomi kuartal IV-2022 akan lebih rendah dibandingkan dua kuartal sebelumnya karena sejumlah faktor. Di antaranya adalah basis perhitungan (kuartal IV-2021) yang tinggi.

Merujuk data BPS, ekonomi Indonesia tumbuh 5,02% pada kuartal IV-2021. Pertumbuhan tersebut terbilang tinggi karena dampak badai Covid-19 Delta mulai menghilang.

Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) pada Ekonomi kuartal IV-2022 juga akan lebih rendah karena melandainya konsumsi masyarakat akibat kenaikan harga BBM subsidi dan suku bunga acuan BI.

Sebagai catatan, pemerintah menaikkan harga BBM subsidi lebih dari 30% pada awal September 2022. Kenaikan harga tersebut melambungkan inflasi hingga menembus ke atas 5% sepanjang kuartal IV-2022.

Secara tahunan, inflasi tercatat 5,71% pada Oktober 2022, 5,42% pada November, dan kembali naik menjadi 5,51% pada Desember 2022.

Kenaikan harga BBM semakin menekan daya beli masyarakat yang bertubi-tubi harus menghadapi lonjakan harga bahan pangan pada kuartal I-III tahun lalu.

Harga minyak goreng, cabai rawit, beras, dan telur ayam melonjak sejak awal tahun 2022 hingga pertengahan tahun.  Setelah harga pangan melandai, hantaman kenaikan harga BBM subsidi membuat daya beli masyarakat menurun.

Merujuk data Bank Indonesia, indeks penjualan riil (IPR) tumbuh (yoy) sebesar 3,7% pada Oktober, sebesar 1,3% pada November, dan 0,04% pada Desember.

Rata-rata pertumbuhan tahunan IPR hanya mencapai 1,68% pada kuartal IV-2022. Angka ini anjlok dibandingkan pada kuartal IV-2021 yang tercatat 10,4%.  

Sepanjang kuartal IV-2022 terdapat kelompok pengeluaran yang terus menerus mengalami kontraksi penjualan. Di antaranya adalah penjualan kelompok suki cadang dan aksesori, kelompok perlengkapan rumah tangga, dan peralatan informasi dan komunikasi.

Indeks keyakinan konsumen juga terus menurun dari 120,3 pada Oktober 2022 menjadi 119,9 pada Desember 2022.

Kendati demikian, sejumlah data masih menunjukkan kabar positif.  Asosiasi Industri Sepeda motor Indonesia (AISI) mencatat penjualan motor pada periode Oktober-Desember 2022 tercatat 1,61 juta unit atau naik 24,15% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Konsumsi menyumbang sekitar 53-56% pada total Produk Domestik Bruto (PDB) sehingga laju konsumsi akan sangat menentukan pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Dari sisi produksi, penurunan permintaan masyarakat tercermin melalui laju PMI Manufaktur. Pada Oktober-Desember 2022, PMI Manufaktur memang masih berada dalam fase ekspansif yakni di atas 50.

Namun, angkanya  turun drastis dai 53,7 pada September menjadi 51,8 pada Oktober hingga 50,9 pada Desember.

 Di tengah melandainya konsumsi masyarakat, ekspor dan investasi diharapkan bisa menjadi motor penggerak ekonomi pada tahun lalu.

Data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menunjukkan realisasi investasi pada kuartal IV-2022 tercatat Rp 314,8 triliun atau melonjak 30,3% (yoy).

Kabar positif lainnya adalah investasi mulai meningkat pesat di luar Jawa, terutama Sulawesi Tengah dan Maluku. Kondisi ini bisa ikut mendongrak pendapatan serta pertumbuhan wilayah di luar Jawa.

Setelah hanya tumbuh di kisaran 4% pada periode kuartal III-2021 hingga kuartal III-2022, investasi diharapkan mampu tumbuh 5% pada kuartal IV tahun lalu.

Sementara itu, pertumbuhan ekspor diperkirakan kencang. Data BPS menunjukkan nilai ekspor pada kuartal IV-2022 mencapai US$ 72,63 miliar atau naik sekitar 8% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Impor mencapai US$ 58,04 miliar pada Oktober-Desember 2022 atau naik 1,9%.

Ekspor tumbuh secara luar biasa pada 2022 karena ditopang lonjakan harga komoditas, mulai dari harga batu bara hingga minyak sawit mentah. Secara kumulatif, ekspor sudah tumbuh 19,57% pada kuartal I hingga III-2022

Data Kementerian Keuangan menunjukkan belanja negara pada Oktober-Desember 2022 sekitar Rp 1.176,9 triliun. Belanja tersebut meningkat 20% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Namun, belanja pegawai dan modal turun pada kuartal IV-2022 dibandingkan kuartal yang sama pada 2021.

Sebaliknya, belanja barang naik drastis hingga 150% menjadi Rp 267,8 pada kuartal IV-2022. Kenaikan terutama ditopang belanja perjalanan dinas.

Secara keseluruhan tahun, belanja pemerintah menembus Rp 3.090 triliun pada tahun lalu, naik 10,9% dibandingkan 2021.

CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]

 

 

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular