
5 Fakta Skandal Orang Terkaya Asia, Seret Tetangga RI

Jakarta, CNBC Indonesia - Gautam Adani saat ini sedang menjadi perbincangan dunia. Pasalnya, figur yang juga salah satu orang terkaya dunia itu diduga kuat melakukan pelanggaran penipuan.
Adani merupakan pemilik dari konglomerat Adani Group. Perusahaan itu memiliki tambang, pelabuhan, dan pembangkit listrik.
Perusahaan juga melakukan diversifikasi ke bandara, pusat data, dan pertahanan. Perusahaan juga baru-baru ini memasuki sektor semen dengan membeli aset pabrik semen Holcim (HCMLY) di India dan juga berencana untuk mendirikan pabrik aluminium.
Skandal yang melibatkan Adani diungkapkan oleh sebuah laporan riset dari Hindenburg Research. Lembaga itu menyebut ada keanehan setelah Adani mendulang kekayaan hingga US$ 100 miliar atau setara Rp 1.500 triliun dalam jangka waktu hanya 3 tahun.
Berikut fakta-fakta terkait temuan skandal Adani dikutip CNBC Indonesia dari dokumen Hindenburg, Kamis, (2/2/2023):
1. Pencucian Uang
Menurut Hindenburg, perusahaan Adani, Adani Group, sebelumnya telah menjadi fokus dari 4 investigasi penipuan besar pemerintah yang diduga melakukan pencucian uang, pencurian dana pembayar pajak, dan korupsi, dengan total sekitar US$ 17 miliar atau setara Rp 252 triliun.
"Anggota keluarga Adani diduga bekerja sama untuk membuat entitas cangkang lepas pantai di yurisdiksi suaka pajak seperti Mauritius, Uni Emirat Arab (UEA), dan Kepulauan Karibia, menghasilkan dokumentasi impor/ekspor palsu dalam upaya nyata untuk menghasilkan omset palsu atau tidak sah dan untuk menyedot uang dari perusahaan yang terdaftar," tulis dokumen itu.
2. Penipuan Berlian
Adik laki-laki Gautam Adani, Rajesh Adani, dituduh oleh Direktorat Intelijen Pendapatan (DRI) memainkan peran sentral dalam skema impor/ekspor perdagangan berlian sekitar tahun 2004-2005. Skema yang diduga melibatkan penggunaan entitas cangkang lepas pantai untuk menghasilkan pergantian buatan.
"Rajesh ditangkap setidaknya dua kali atas tuduhan pemalsuan dan penipuan pajak yang terpisah. Ia kemudian dipromosikan menjadi Managing Director Adani Group," tulis Hindenburg.
Adik ipar Gautam Adani, Samir Vora, dituduh oleh DRI sebagai biang keladi penipuan perdagangan berlian yang sama dan berulang kali membuat pernyataan palsu kepada regulator. Dia kemudian dipromosikan menjadi Direktur Eksekutif Adani Australia.
3. Mega Skandal Korupsi 1MDB Malaysia
Keterkaitan Adani dengan skandal mega korupsi 1MDB di Malaysia terhubung dari sebuah perusahaan bernama New Leaina Investments. Perusahaan yang berbasis di Siprus itu diketahui memiliki lebih dari US$ 240 juta (Rp 3,5 triliun) saham di salah satu anak perusahaan Adani Group, Adani Energy.
New Leaina disebut dioperasikan oleh perusahaan jasa penggabungan Amicorp, yang telah bekerja secara ekstensif untuk membantu Adani dalam mengembangkan jaringan entitas luar negerinya.
"Amicorp membentuk setidaknya 7 entitas promotor Adani, setidaknya 17 cangkang lepas pantai dan entitas yang terkait dengan Vinod Adani, dan setidaknya 3 pemegang saham Adani lepas pantai yang berbasis di Mauritius," papar temuan Hindenburg.
Amicorp memainkan peran kunci dalam skandal penipuan internasional 1MDB yang mengakibatkan US$ 4,5 miliar (Rp 66 triliun) disedot dari pembayar pajak Malaysia.
"Amicorp mendirikan 'dana investasi' untuk pelaku utama yang hanya merupakan cara untuk mencuci uang klien melalui apa yang tampak seperti reksa dana," menurut buku Billion Dollar Whale, yang melaporkan skandal tersebut.
4. Kekayaan Adani Merosot
Laporan ini membuat kekayaan pribadi Adani merosot tajam hingga US$ 13 miliar atau setara Rp 193 triliun. Akibat laporan itu pula saham yang terafiliasi dengan grupnya kini rontok parah di bursa India. Alhasil, kerajaan Andani merugi US$ 68 miliar.
Berdasarkan data Bloomberg Billionaires Index, Adani sudah terlempar dari posisi orang ke-4 terkaya dunia. Ia kini berada di posisi ke-11.
Ia kini hanya berada satu tingkat di atas saingannya dan Chairman Reliance Industries Mukesh Ambani. Kekayaan bersih Ambani diperkirakan mencapai US$ 82,2 miliar.
5. Respon Adani
Adani sendiri mencoba melawan. Dalam laporan setebal 413 halaman, ia menyebut ini adalah "serangan bukan hanya ke perusahannya tapi juga India".
"Ini bukan hanya serangan yang tidak beralasan terhadap perusahaan tertentu tetapi serangan yang diperhitungkan terhadap India. Kemandirian, integritas dan kualitas institusi India, serta kisah pertumbuhan dan ambisi India," katanya.
"Pernyataan (Hindenburg) membuat pernyataan sembrono tanpa bukti apa pun dan murni pada spekulasi yang tidak berdasar tanpa pemahaman apa pun tentang hukum India seputar pihak terkait dan transaksi pihak terkait," jelasnya membantah salah kelola dan dugaan malpraktik.
"Asumsi bahwa entitas, sebagaimana dinyatakan dalam laporan, terkait dengan entitas yang terdaftar di Adani, adalah imajiner, tidak jelas dan tidak berdasar. Serta, mengalir hanya dari kurangnya pemahaman oleh Hindenburg tentang undang-undang, peraturan, dan standar akuntansi India," tambahnya.
Menurutnya Hindenburg Research tampaknya tidak memiliki pemahaman tentang masalah hukum atau standar akuntansi India. Bahkan melecehkan India.
"Hindenburg dengan sengaja mengabaikan proses dan peraturan hukum India dalam sindiran mereka terhadap kami," kata Adani lagi.
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Skandal Buat Nguap Harta Orang Terkaya Asia, Seret Malaysia
