Internasional

Negara Ini di Ambang Kebangkrutan, Inflasi Meroket 27,5%

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
Rabu, 01/02/2023 21:40 WIB
Foto: Orang-orang meneriakkan slogan-slogan saat mereka membakar ban untuk memblokir jalan raya utama selama protes mengutuk insiden penembakan pada long march yang diadakan oleh mantan Perdana Menteri Pakistan Imran Khan, di Wazirabad, Pakistan 4 November 2022. (REUTERS/AKHTAR SOOMRO)

Jakarta, CNBC Indonesia - Inflasi Pakistan naik 27,5% secara tahunan (year-on-year/yoy) pada Januari 2023 dari sebelumnya 24,5% yoy pada Desember 2022.

Inflasi tersebut sesuai dengan proyeksi Kementerian Keuangan Pakistan yang memperkirakan angka 24%-28%.

Menurut data Biro Statistik Pakistan (PBS), kenaikan ini menegaskan inflasi tinggi secara konsisten di tengah gejolak ekonomi di negara Asia Selatan tersebut. Inflasi Januari 2023 pun menjadi yang tertinggi sejak Mei 1975, yang naik 27,8%.


Mohammed Sohail, CEO di perusahaan pialang lokal Topline Securities, mengatakan inflasi telah diproyeksikan naik seiring jatuhnya rupee Pakistan selama beberapa hari terakhir, penghapusan subsidi, dan kenaikan pajak.

"Ini membuat rata-rata inflasi selama tujuh bulan tahun fiskal berjalan menjadi 25,4% dibandingkan dengan 10,3% pada periode yang sama tahun lalu," kata Sohail, dikutip Reuters, Rabu (1/2/2023).

Bank sentral Pakistan pun menjadikan kenaikan inflasi yang kian tak terkendali tersebut alasan untuk menaikkan suku bunga acuannya.

Adapun, negara ini sedang bernegosiasi dengan Dana Moneter Internasional (IMF) untuk mencoba membuka dana dana talangan guna membantu perekonomian negara yang tengah kesulitan dan diambang kebangkrutan ini.

Namun, program IMF juga diperkirakan akan mendorong Pakistan untuk menaikkan tarif listrik, yang berujung pada peningkatan inflasi lebih lanjut.


(luc/luc)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Inflasi Inggris Betah di Level Tinggi Pada Mei 2025