Internasional

Negara Kaya Ini Diramal IMF Paling Ngenes di 2023: Inggris

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
01 February 2023 14:30
Warga berkumpul di Memorial Ratu Victoria di luar Istana Buckingham menyusul pengumuman meninggalnya Ratu Elizabeth II di London, Inggris, Kamis (8/9/2022). Ratu Elizabeth II yang merupakan pemimpin terlama yang memerintah Inggris dan tokoh negara selama tujuh dekade meninggal dalam usia 96 tahun. (Photo by DANIEL LEAL/AFP via Getty Images)
Foto: Inggris (Photo by DANIEL LEAL/AFP via Getty Images)

Jakarta, CNBC Indonesia - Dana Moneter Internasional (IMF) merilis World Economic Outlook pada Selasa, (31/1/2023). Dalam data itu, lembaga keuangan tersebut memaparkan prediksi kondisi ekonomi sejumlah negara dunia di tahun 2023.

Dalam ramalannya, IMF menuturkan bahwa perekonomian Inggris akan berkontraksi hingga 0,6% di tahun ini. Angka tersebut membuat Inggris menjadi negara maju satu-satunya yang mengalami tekanan dalam pertumbuhan ekonominya.

Ini juga lebih buruk daripada prospeknya untuk Rusia, yang diperkirakan akan mengalami penurunan 0,3% di tahun ini setelah jatuhnya sanksi Barat pada negara itu akibat perang di Ukraina.

Kepala Riset IMF Pierre-Olivier Gourinchas mengatakan ada tiga alasan utama ekonomi Inggris merosot, mulai dari harga energi hingga kondisi lapangan kerja di negara itu.

"Paparan gas alam Inggris yang tinggi, dengan harga pasar yang lebih tinggi diteruskan ke konsumen. Lapangan kerja tetap berada di bawah tingkat pra-pandemi meskipun pasar tenaga kerja sangat ketat, sehingga produksi berkurang. Dan juga pengetatan moneter yang tajam," ujarnya dikutip CNBC International.

Hal yang berbeda terjadi dengan negara maju lainnya. IMF memperkirakan pertumbuhan 1,4% di Amerika Serikat (AS) pada tahun 2023, pertumbuhan 0,7% di kawasan euro, pertumbuhan 1,8% di Jepang, dan pertumbuhan 1,5% di Kanada.

Sementara itu, lembaga perbankan itu juga menaikkan prospek ekonomi global sebesar 0,2 poin persentase dari laporan terakhirnya di bulan Oktober, menjadi 2,9%.

"Itu masih lemah menurut standar historis, tetapi faktor-faktor termasuk pembukaan kembali Covid-19 China, pasar tenaga kerja yang kuat dan konsumsi rumah tangga di AS dan adaptasi yang lebih baik dari perkiraan terhadap krisis energi di Eropa telah mencerahkan gambaran tersebut," kata IMF.

Meski begitu, IMF juga mewanti-wanti Inggris serta negara-negara Eropa lainnya bahwa inflasi yang terus-menerus tinggi dan kebijakan fiskal-moneter yang lebih ketat akan membebani anggaran rumah tangga.

Beberapa analis pun menganggap ramalan IMF terkait Inggris sangatlah buruk dan sulit untuk dipelajari dasarnya. Ini membuat beberapa ahli ekonomi menyatakan Negeri Big Ben itu masih memiliki peluang untuk pertumbuhan ekonomi yang lebih baik.

"Ada kemungkinan Inggris dapat menunjukkan kinerja yang lebih baik daripada yang diprediksi IMF, mengingat peningkatan ekspektasi dari badan lain dalam beberapa bulan terakhir," jelas kepala analis ekuitas di Hargreaves Lansdown, Sophie Lund-Yates.

"Pasar akan tetap sangat sensitif terhadap pembacaan suku bunga dan inflasi sampai kita memiliki jalan keluar yang jelas dari stagnasi."


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article IMF Teriak Krisis Inggris, Bakal Makin Ngeri?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular