IMF Beberkan 6 Biang Kerok Masalah Global 2023, Ada China!

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
01 February 2023 08:46
penyebab Inflasi Juli 2018
Foto: aristya rahadian krisabella

Keenam sumber masalah yang bisa meningkatkan inflasi global lebih lanjut, menurut IMF yakni:

1. Pemulihan China Terhenti

Di tengah tingkat kekebalan populasi yang masih rendah dan kapasitas rumah sakit yang tidak mencukupi, dan konsekuensi ketahanan kesehatan di Negeri Tirai Bambu ini dapat menghambat pemulihan.

Mengingat China merupakan negara terbesar sebagai pemasok kebutuhan barang baku dari penjuru dunia. Melambatnya ekonomi di China, dapat merusak rantai pasok global.

Krisis yang mendalam di pasar real estat tetap menjadi sumber utama kerentanan di China.  Dengan risiko gagal bayar yang meluas oleh pengembang dan mengakibatkan ketidakstabilan sektor keuangan.

"Berdampak ke seluruh dunia, melalui permintaan yang lebih rendah dan masalah rantai pasokan," jelas IMF dalam laporannya.

2. Tensi Perang di Ukraina Meningkat

Eskalasi perang di Ukraina tetap menjadi sumber utama kerentanan, terutama untuk Eropa dan negara-negara berpenghasilan rendah.

Eropa menghadapi harga gas yang lebih rendah dari yang diperkirakan, setelah menyimpan banyak cadangan sebagai antisipasi terjadinya kekurangan pasokan pada musim dingin ini.

Masalahnya, pasokan gas tidak akan mungkin diambil dari jalur perdagangan dengan Rusia.

"Ini akan menjadi menantang menjelang musim dingin, terutama jika cuaca sangat dingin dan permintaan energi China meningkat, yang menyebabkan lonjakan harga," jelas IMF.

Masih berlangsungnya perang antara Rusia dan Ukraina, tentu membawa harga pangan dan energi juga diperkirakan masih akan tinggi.

"Dengan kenaikan harga pangan dan energi, keresahan sosial di kalangan masyarakat dapat meningkat," jelas IMF.

3. Lonjakan Utang

IMF mencatat, sejak bulan Oktober, sovereign spread untuk pasar negara berkembang dan ekonomi berkembang telah sedikit menurun didukung oleh pelonggaran kondisi keuangan global dan depresiasi dolar.

Sovereign spread adalah terkait dengan risiko negara, yaitu perbedaan antara suku bunga pada surat utang US Treasury dan surat serupa dari pemerintah lain.

"Sekitar 15% negara berpenghasilan rendah diperkirakan berada dalam tekanan utang - 45% diantaranya menghadapi risiko tinggi tekanan utang, dan 25% ekonomi negara berkembang juga berisiko tinggi," jelas IMF.

Kombinasi tingkat utang yang tinggi akibat pandemi, pertumbuhan yang lebih rendah, dan biaya pinjaman yang lebih tinggi memperburuk kerentanan ekonomi ini, terutama yang membutuhkan pembiayaan dolar jangka pendek yang signifikan.

4. Inflasi Masih Menjadi Momok

Pengetatan pasar tenaga kerja yang terus menerus, dapat diterjemahkan menjadi pertumbuhan upah yang lebih kuat dari perkiraan.

Harga minyak, gas, dan makanan yang lebih tinggi dari perkiraan akibat perang di Ukraina, atau dari rebound yang lebih cepat dalam pertumbuhan China.

"Hal-hal tersebut dapat kembali meningkatkan inflasi utama dan berlanjut ke inflasi inti. Sehingga membutuhkan kebijakan moneter yang lebih ketat," jelas IMF.

5. Gejolak Pasar Keuangan Dunia

Pelonggaran dini dalam pasar keuangan global dalam melawan inflasi lebih rendah, juga diyakini dapat memperparah gejolak pasar uang global.

"Untuk alasan yang sama, rilis data inflasi yang tidak menguntungkan dapat memicu repricing aset secara tiba-tiba dan meningkatkan volatilitas di pasar keuangan," jelas IMF.

"Pergerakan seperti itu dapat membebani likuiditas dan berfungsinya pasar, dengan efek riak pada ekonomi riil," kata IMF lagi.

6. Sanksi Terhadap Rusia

IMF menyebut, perang di Ukraina dan sanksi internasional terkait yang bertujuan menekan Rusia untuk mengakhiri permusuhan, justru akan menambah rumit rantai pasok dunia.

Menurut IMF sanksi lebih lanjut kepada Rusia, dapat memecah ekonomi dunia menjadi blok-blok dan memperkuat ketegangan geopolitik dari sebelumnya, seperti yang terkait dengan sengketa perdagangan AS-China.

(cap/cap)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular