Internasional

Mantan Presiden Rusia: AS Hampir Picu Perang Dunia 3

News - Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
24 January 2023 11:30
Perdana Menteri Rusia Dmitry Medvedev Foto: Sputnik/Ekaterina Shtukina/Pool via REUTERS

Jakarta, CNBC Indonesia - Mantan Presiden Rusia Dmitry Medvedev kembali membuat pernyataan menghebohkan. Ia mengungkapkan pandangannya tentang penyebab konflik Ukraina dan prioritas internasional negaranya.

Berbicara kepada pimpinan partai Rusia Bersatu yang berkuasa di Moskow, Medvedev menyebut Amerika Serikat (AS) dan sekutunya hampir memicu Perang Dunia Ketiga (PD III) dengan bersiap menyerang Rusia, yang tidak punya pilihan selain melawannya.

"Partai kami harus membantu orang-orang di seluruh dunia memahami bahwa operasi khusus yang sedang berlangsung adalah tanggapan paksa dan pilihan terakhir terhadap persiapan agresi oleh AS dan satelitnya," kata Medvedev, dilansir Russia Today, Selasa (24/1/2023).

"Jelas bahwa dunia mendekati ancaman Perang Dunia 3 karena apa yang terjadi," tambahnya.

Medvedev juga menggambarkan krisis serius di PBB dan lembaga internasional lainnya, yang diciptakan untuk menyelesaikan perselisihan internasional tetapi malah diubah menjadi medan perang oleh Barat.

"Lawan kami berusaha mendapatkan suara sebanyak mungkin untuk mendukung inisiatif anti-Rusia mereka, menggunakan cara curang seperti tekanan ekonomi, pemerasan, dan suap politik," kata Medvedev, menambahkan misi utama diplomasi Rusia adalah melawan Barat.

Medvedev adalah presiden Rusia antara 2008 dan 2012 dan setelahnya menjadi ketua partai yang berkuasa serta perdana menteri. Dia mengundurkan diri sebagai PM pada tahun 2020 untuk menjalankan dewan keamanan nasional.

Medvedev terus terang dan blak-blakan tentang operasi militer khusus Rusia di Ukraina sejak diluncurkan pada Februari 2022. Baru minggu lalu, dia mencemooh Forum Ekonomi Dunia (WEF) di Davos dan memperingatkan Barat bahwa konflik saat ini bersifat eksistensial bagi Rusia, yang harus selalu diingat dalam hal senjata nuklir dan kemungkinan penggunaannya.

Rusia mengirim pasukan ke Ukraina pada Februari 2022, mengutip kegagalan Kiev untuk mengimplementasikan perjanjian Minsk, yang dirancang untuk memberikan status khusus wilayah Donetsk dan Luhansk di dalam negara Ukraina. Protokol, yang ditengahi oleh Jerman dan Prancis, pertama kali ditandatangani pada tahun 2014.

Kremlin mengakui republik Donbas sebagai negara merdeka dan menuntut agar Ukraina secara resmi menyatakan dirinya sebagai negara netral yang tidak akan pernah bergabung dengan blok militer Barat mana pun. Kyiv menegaskan serangan Rusia sama sekali tidak beralasan.


[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

Eks Presiden Rusia: Barat Bermain Catur dengan Kematian


(luc/luc)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading