Jokowi Sebut Dunia & RI Genting, Simak Ramalan IMF-Bank Dunia
Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Joko Widodo (Jokowi) kembali mengungkapkan pandangannya terhadap situasi ekonomi terkini dunia. Menurutnya situasi perekonomian dunia sudah genting, tak terkecuali Indonesia.
Hal tersebut disampaikan Jokowi dalam Rapat Koordinasi Nasional dan Musyawarah Dewan Partai Bulan Bintang di Kelapa Gading, Jakarta Utara pada pekan lalu.
"Bahwa kita sekarang ini berada dalam kegentingan global," ujarnya, dikutip Senin (16/1/2023).
Oleh karena itu, Jokowi menghimbau kepada seluruh masyarakat untuk bisa memahami dan memiliki perasaan yang sama, untuk bisa mempersiapkan diri menghadapi situasi yang sulit.
"Kita merasa normal-normal saja, padahal keadaan semua negara, termasuk Indonesia itu berada pada kegentingan global," kata Jokowi lagi.
Kegentingan situasi global saat ini, menurut Jokowi dipicu oleh permasalahan yang terus menerpa banyak negara sejak 2022.
Permasalahan tersebut diantaranya, keberadaan pagebluk alias pandemi Covid-19 yang belum berakhir, meletusnya perang Rusia dan Ukraina - yang menyebabkan krisis energi dan pangan di banyak negara.
Hingga permasalahan tren suku bunga acuan bank sentral di banyak negara, seperti Amerika Serikat (AS), yang menimbulkan gejolak di pasar keuangan.
"Bahkan minggu lalu, setelah tahun baru managing director IMF bahwa tahun 2023 sepertiga ekonomi dunia diprediksi mengalami resesi," tuturnya.
Ramalan sepertiga dunia bakal jatuh ke jurang resesi tersebut adalah yang terbesar dalam dua dekade terakhir.
"Sepertiga ekonomi dunia artinya jika ada 200 lebih negara artinya 70 negara akan mengalami resesi," paparnya
"Tahun 97/98 hanya 8 negara, sedikit sekali itu sudah mengganggu ekonomi kita. Ini 60 - 70 negara diperkirakan akan ambruk ekonominya. IMF mengatakan bahkan untuk negara yang tidak terkena resesi ratusan juta akan merasakan sedang mengalami resesi," ucap Jokowi.
Jokowi pun telah mengantongi, ada sebanyak 16 negara saat ini tengah menjadi pasien IMF karena ekonominya ambruk. Sementara 36 negara lainnya sedang dalam proses antrean untuk bisa diselamatkan IMF
(cap/cap)