Internasional

'Tanah Dipenuhi Mayat', Potret Baru Horornya Perang Ukraina

sef, CNBC Indonesia
11 January 2023 13:00
Perang Rusia Ukraina (Dok: Telegram Zelensky)
Foto: Perang Rusia Ukraina (Dok: Telegram Zelensky)

Jakarta, CNBC Indonesia - Perang Rusia dan Ukraina masih terus terjadi. Pertempuran sengit kini dilaporkan membara di kota pertambangan timur Soledar.

Rusia disebut terus menerus menekan pasukan Ukraina. Bukan hanya tentara, gelombang serangan juga dilakukan kelompok Wagner, pasukan dari perusahaan yang dibayar Kremlin.

Soledar memang memiliki arti penting saat ini bagi pasukan Presiden Vladimir Putin. Jika menang, hal itu akan menjadi "pencapaian terbesar" Rusia sejak Agustus lalu, setelah serangkaian kemunduran sejak Juni 2022.

Namun, menurut Ukraina, ini harus dibayar mahal. Pasukan dari kedua belas pinhak berguguran dalam pertempuran paling intens sejak serangan dilakukan Rusia, Februari lalu.

Dalam pernyataan terbaru, Kyiv menyebut bagaimana puluhan tentara tewas mengenaskan. Mayat-mayat berserakan di ladang berlumpur.

"Dan apa yang ingin diperoleh Rusia di sana? Semuanya hancur total, hampir tidak ada kehidupan yang tersisa. Dan ribuan orang mereka hilang: seluruh tanah di dekat Soledar ditutupi dengan mayat penjajah dan bekas luka akibat peperangan," kata Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.

"Seperti inilah kegilaan itu," tambahnya dalam pidato di Telegram Selasa malam (10/1/2023).

Hal sama juga diamini Wakil Menteri Pertahanan Ukraina Hanna Maliar.

"Musuh mengabaikan kerugian besar personelnya dan terus menyerbu secara aktif," katanya.

"Pendekatan ke posisi kami hanya berserakan dengan tubuh pejuang musuh yang mati. Pejuang kami dengan berani mempertahankan pertahanan," tambahnya.

Mengutip Reuters, tidak ada konfirmasi langsung dari Moskow soal update peperangan saat ini. Meski begitu, The Independent sempat memuat laporan, Rusia mengklaim kemenangan di Soledar dan menangkap sejumlah orang meski belum bisa terverifikasi.

Sebuah infografik berjudul Foto: Sebuah infografik berjudul "Dalam perang Rusia-Ukraina, bentrokan paling intens terjadi di front Donetsk" di Ankara, Turkiye pada 16 Desember 2022. (Elmurod Usubaliev/Anadolu Agency via Getty Images)

Tak Terhitung yang Mati

Sementara itu dalam laporan CNN International, seorang tentara Ukraina yang bertempur di Soledar mengatakan situasinya "kritis" di sana. Jumlah korban tewas sekarang sangat tinggi sehingga "tidak ada yang menghitung korban tewas".

Prajurit itu berasal dari brigade mobil udara ke-46. Unit ini memimpin perjuangan Ukraina untuk mempertahankan Soledar dalam menghadapi serangan besar-besaran dari pasukan Rusia dan Wagner.

"Situasinya kritis. Sulit. Kami bertahan sampai yang terakhir," kata prajurit itu.

"Tidak ada yang akan memberi tahu Anda berapa banyak yang tewas dan terluka. Karena tidak ada yang tahu pasti. Tidak satu orang pun," tambahnya.

"Bukan di markas. Tidak di mana pun. Posisi diambil dan diambil kembali terus-menerus. Rumah kita hari ini, menjadi milik Wagner keesokan harinya. Di Soledar, tidak bisa menghitung yang mati," ujarnya lagi.

Prajurit tersebut pun mengatakan bahwa dia yakin para pemimpin militer Ukraina pada akhirnya akan menyerah di Soledar. Ia secara pesimistis menyebut para jenderal akan meminta pasukan meninggalkan pertempuran itu.

"Semua orang mengerti bahwa kota ini akan ditinggalkan. Semua orang mengerti ini, " katanya.

"Saya hanya ingin memahami apa gunanya (bertarung) ... Mengapa mati, jika kita tetap akan meninggalkannya hari ini atau besok?" tambahnya.


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Hantam Kota di Ukraina, Pesawat Rusia Tinggalkan Lubang 20 M

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular