
Bahaya Mr Putin, Rusia Bakal Jadi Negara Gagal & Pecah 2033

Jakarta, CNBC Indonesia - Rusia mungkin tidak akan bertahan dalam dekade mendatang dan berisiko menjadi negara gagal. Menurut survei dari para ahli strategi dan analis global, hal itu karena Kremlin terus mengejar perang yang berbiaya mahal di Ukraina.
Pusat Strategi dan Keamanan Scowcroft di Dewan Atlantik melakukan jejak pendapat ke 167 ahli strategi dan praktisi global pertengahan tahu lalu, tentang calon pendorong terbesar dari perubahan geopolitik, sosial, ekonomi, teknologi, dan lingkungan. Para responden terdiri dari pria dan pekerja di sektor swasta, akademisi, organisasi nirlaba, serta konsultan independen atau pekerja lepas.
Salah satu kesimpulan survey yang paling mengejutkan, adalah responden menunjukkan potensi keruntuhan Rusia selama dekade berikutnya. Perlu diketahui, think tank ini berasal dari Amerika Serikat (AS).
"Ini menunjukkan bahwa perang Kremlin melawan Ukraina dapat memicu pergolakan yang sangat besar dalam kekuatan besar dengan gudang senjata nuklir terbesar di planet ini," catat Dewan Atlantik, mengutip CNBC International, Rabu (11/1/2023).
Sekitar 46% responden survei mencatat Rusia menjadi negara gagal atau pecah pada tahun 2033. Secara terpisah, sekitar 40% responden memprediksi Rusia "pecah secara internal karena alasan termasuk tetapi tidak terbatas pada revolusi, perang saudara, atau disintegrasi politik".
Responden Eropa ditemukan lebih sinis tentang prospek jangka pendek Rusia, di mana 49% memprediksi skenario disintegrasi. Sebagai perbandingan, hanya 36% responden Amerika, yang mewakili sekitar 60% dari semua pakar yang disurvei, mengungkapkan keyakinan serupa.
Survei tersebut dilakukan karena perang Rusia di Ukraina tidak menunjukkan tanda-tanda akan segera berakhir. Hampir setahun perang tersebut, Rusia telah menyebabkan kematian, kerusakan, dan kehancuran yang sangat besar.
Analis geopolitik setuju bahwa Rusia telah sangat merugikan dirinya sendiri dengan mengejar keuntungan teritorial di Ukraina. Ini membuatnya terasing dari komunitas politik, perdagangan, bisnis internasional dan semakin mengandalkan negara-negara seperti Iran dan Korea Utara (Korut) untuk kemitraan dan persenjataan.
Moskow juga telah kehilangan sebagian besar basis klien energi Eropa karena penyensoran diri dan sanksi. Beberapa pejabat, entitas, dan industri Rusia sekarang beroperasi di bawah batasan Barat.
"Presiden Rusia Vladimir Putin secara luas terlihat telah salah menilai serangan ke Ukraina, dengan asumsi runtuhnya pasukan dan pemerintahan Kyiv dengan cepat," tulis catatan lagi.
"Sebaliknya, perlawanan Ukraina telah merugikan Moskow dalam beberapa kekalahan yang memalukan di medan perang, meskipun militer Rusia masih menempati sebagian besar wilayah di timur dan selatan Ukraina," muatnya.
Sementara itu, perang telah membawa perekonomian Kyiv diperkirakan menyusut lebih dari 30% pada tahun 2022, menurut perkiraan terbaru dari kementerian ekonomi Ukraina. September 2022, pemerintah Ukraina, Komisi Eropa dan Bank Dunia (World Bank) memperkirakan biaya rekonstruksi dan pemulihan di Ukraina mencapai US$349 miliar.
Angka tersebut sekarang kemungkinan jauh lebih tinggi karena perang berlanjut hingga 2023. Sekutu Ukraina telah meminta Rusia untuk membayar tagihan untuk rekonstruksi Ukraina.
Rusia sendiri kini sudah jatuh ke lubang resesi. Pertumbuhan ekonomi pada kuartal III-2022, tercatat sebesar -3,7% secara tahunan (year-on-year/yoy).
Padahal pada kuartal sebelumnya, pertumbuhannya -4,1% yoy. Jebloknya ekonomi Rusia pada 2022 tak lepas dari serangkaian sanksi yang dijatuhkan negara-negara Barat akibat serangannya ke Ukraina.
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article RI Disebut Negara Gagal, Stafsus Sri Mulyani Buka Suara!