
Kala Pidato Anwar Ibrahim Singgung Pesimisme & Demokrasi

Jakarta, CNBC Indonesia - Perdana Menteri Dato' Seri Anwar Ibrahim menegaskan pandangannya soal pesimisme yang mencolok dalam ekonomi dan politik. Hal ini diungkapkan dalam pidatonya di CT Corp Leaders' Forum, Senin (9/1/2023).
Anwar menilai pesimisme ala Oswald Spengler, tokoh sejarah Jerman, yang mengatakan bahwa peradaban memiliki umur yang terbatas, tidak lah selalu benar.
Spengler yang juga merupakan filsuf berkebangsaan Jerman dalam bukunya The Decline of The West meramalkan bahwa sekitar tahun 2000, peradaban barat akan memasuki periode darurat atau pra-kematian, yakni masa-masa sebelum keruntuhan terakhir peradaban Barat.
Anwar menegaskan pesimisme ini, baik dalam kehidupan ekonomi dan politik, seharusnya tidak ada.
"Saya tekankan pesimisme dalam politik dan ekonomi tak semestinya benar. Tanggung jawab kita sebagai manusia adalah berikhtiar," tegasnya.
"Mencari penyesuaian dan reform perubahan sedaya upaya kita. Tapi bagi saya pokok pangkalnya bermula dari pimpinan," lanjut Anwar.
Oleh karena itu, lanjutnya, dia memilih mengambil sikap sebagai pemimpin yang berlapang dada serta memahami arti demokrasi.
"Semalam di Kedubes Malaysia, saya sebut apa yang dibilang Francis Fukuyama, apa yang dibilang democratic accountability. Kita itu hiruk pikuk, riuh rendah bicara soal demokrasi, tetapi tidak accountable," katanya.
Alhasil, dia berpandangan demokrasi tidak bisa ditentukan kehebatannya dalam sebuah Pemilu. Tetapi relevansinya kepada masyarakat, melalui moral, etika dan akhlak. Itulah yang dimaksud soal akuntabilitas.
"Apakah benar orang yang memenag tampuk kekuasaan dengan suara rakyat, menang dengan kaidah dan etika yang bisa dipertahankan. Dan setelah berkuasa, apa mereka jujur?" ujar Anwar.
Pidato Anwar ini membuat Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, Menteri Pariwisata Sandiaga Uno serta tamu undangan lainnya terkesima.
(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Media Malaysia Sebut Anwar Ibrahim Resmi Jadi PM Baru