Rusia-Ukraina Masih Ngeri, Putin Diminta Mobilisasi Umum
Jakarta, CNBC Indonesia - Jumlah pasukan Rusia yang tewas karena serangan terbaru Ukraina bertambah. Dalam update Kementerian Pertahanan, Rabu (3/1/2022), sebanyak 89 tentara tewas, dari sebelumnya 63.
"Jumlah rekan kami yang tewas telah mencapai 89," kata Letnan Jenderal Sergei Sevryukov dalam pernyataan video yang dirilis oleh kementerian pagi waktu setempat.
"Lebih banyak mayat telah ditemukan di bawah reruntuhan," tambahnya dikutip AFP.
Sebelumnya, pasukan Ukraina melancarkan serangan mematikan di wilayah Donetsk. Wilayah ini dicaplok Rusia dalam aneksasi yang dianggap ilegal.
Kementerian Pertahanan Rusia kemudian mengumumkan sebanyak 63 tentara tewas. Kyiv disebut menyerang kamp itu menggunakan sistem senjata HIMARS yang dipasok Amerika Serikat (AS).
"Akibat serangan oleh empat rudal dengan hulu ledak berdaya ledak tinggi di titik penempatan sementara, 63 prajurit Rusia tewas," tegas kementerian Selasa.
"Semua bantuan dan dukungan yang diperlukan akan diberikan kepada kerabat dan orang-orang terkasih dari prajurit yang meninggal," ujarnya lagi.
Kemarahan Rusia & Mobilisasi Umum
Sementara itu, kemarahan menyeruak di Rusia. Beberapa pelayat menyuarakan kritik atas jatuhnya banyak korban.
Sebagian besar kritik difokuskan pada ketidakmampuan petinggi Rusia. Namun, dalam laporan AFP, ini tak ditujukkan ke Presiden Vladimir Putin yang mengirim pasukan ke Ukraina pada 24 Februari tahun lalu.
"Ini sangat sulit, menakutkan. Tapi kami tidak bisa dihancurkan," kata salah satu pejabat militer, Ekaterina Kolotovkina.
Seruan balas dendam juga disebutkan. Kolotovkina, istri seorang jenderal, mengatakan dia telah meminta suaminya untuk "membalas" para korban.
"Kita akan menghancurkan musuh bersama. Kita tidak punya pilihan," katanya kepada para pelayat.
Sementara itu, sebuah kelompok bernama Janda Tentara Rusia, mendesak Putin untuk mengumumkan mobilisasi umum. Namun Putin sendiri belum bereaksi soal ini.
(sef/sef)