Internasional

Mantan Jenderal NATO 'Bocorkan' Kapan Rusia & Ukraina Damai

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
03 January 2023 08:30
A man holds a Ukranian flag as people gather in Maidan Square to celebrate the liberation of Kherson, in Kyiv on November 11, 2022, amid the Russian invasion of Ukraine. - Ukraine's President Volodymyr Zelensky said on November 11 that Kherson was
Foto: Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan pada 11 November bahwa Kherson adalah "milik kita" setelah Rusia mengumumkan selesainya penarikannya dari ibukota regional. (Getty Images/GENYA SAVILOV)

Jakarta, CNBC Indonesia - Mantan Jenderal di aliansi pertahanan NATO, Hans-Lothar Domröse, telah mengidentifikasi keadaan di mana ia yakin Rusia dan Ukraina akan menyetujui gencatan senjata dan memulai negosiasi untuk mengakhiri perang mereka.

Domröse, seorang perwira militer Jerman, mengatakan ia yakin kedua belah pihak dapat menyetujui gencatan senjata di beberapa titik pada 2023. Menurutnya, hal ini dapat terjadi karena Kyiv dan Moskow telah sama-sama berpikir bahwa perang ini telah menjadi tak masuk akal.

"Saya memprediksi gencatan senjata di awal musim panas, ketika kedua belah pihak akan berkata: 'Sekarang tidak masuk akal lagi.' Gencatan senjata akan datang sekitar tahun 2023," ujarnya kepada media Ukrainska Pravda yang dikutip Newsweek, Selasa (3/1/2022).

Ia memprediksi negosiasi dapat dilakukan jauh setelah gencatan senjata awal. Ini, menurutnya, dapat diinisiasi beberapa figur politik global seperti Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan atau Perdana Menteri India Narendra Modi.

"Gencatan senjata berarti kita berhenti menembak. Negosiasi mungkin akan memakan waktu lama. Anda membutuhkan mediator," katanya.

Domröse menyebutkan bahwa negosiasi untuk mengakhiri perang bisa jadi sulit, karena baik Presiden Rusia Vladimir Putin maupun Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky telah membuat daftar tuntutan yang disetujui.

"Gencatan senjata dapat dimungkinkan jika Zelensky menyetujui 'masa transisi' untuk mengintegrasikan kembali wilayah pendudukan seperti Krimea, yang dianeksasi pada tahun 2014 dan tetap berada di bawah kendali Rusia, kembali ke Ukraina."

Meski begitu, pandangan ini ditolak oleh profesor diplomasi dan hubungan internasional di Universitas Seton Hall, Margarita Balmaceda. Ia mengatakan dalam situasi semacam ini, penting untuk membedakan antara gencatan senjata dan proses perdamaian yang lebih serius.

"Ketika itu terjadi, akan ada tekanan pada Tuan Putin untuk terlibat dalam diskusi nyata dengan masyarakat internasional, dengan Ukraina. Tapi sampai itu terjadi, saya tidak memprediksi komitmen serius Rusia yang nyata untuk setiap negosiasi nyata yang akan menghasilkan gencatan senjata yang lebih serius," paparnya.

Meskipun 10 bulan pertempuran dan kerugian besar di kedua sisi, upaya untuk memulai negosiasi untuk mengakhiri perang terhenti. Ukraina telah membuat kemajuan militer yang signifikan dalam beberapa bulan terakhir dengan merebut kembali wilayah yang sebelumnya diduduki.

Zelensky telah menawarkan kondisi yang "tidak dapat dinegosiasikan" untuk mengakhiri perang, termasuk lebih banyak sanksi global terhadap Rusia, pemecatannya dari keanggotaan Dewan Keamanan PBB, pengakuan perbatasan Ukraina dan jaminan keamanan baru untuk negaranya.

Tetapi Rusia tidak menunjukkan tanda-tanda akan menyerah, dan Putin dilaporkan telah mempertimbangkan untuk melancarkan serangan baru di awal tahun ini.

Pekan lalu, Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mencantumkan tiga syarat perdamaian yang tidak akan diterima Kremlin, dengan mengatakan 'Jelas Kyiv tidak siap untuk berdialog'.

Ia mengatakan Rusia tidak akan setuju untuk memindahkan pasukannya dari wilayah Donbas timur, Krimea dan wilayah Zaporizhzhia dan Kherson, yang keduanya dianeksasi pada bulan September. Rusia juga tidak akan setuju untuk membayar reparasi atau 'penyerahan pengadilan internasional dan sejenisnya'.


(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ukraina Ultimatum NATO, Ngebet Banget Diajak Gabung

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular