Curhat Sri Mulyani 'Pontang-Panting' Jaga Inflasi RI di 2022
Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menceritakan bagaimana APBN bekerja keras 'pontang-panting' dalam menjaga inflasi Indonesia sepanjang tahun 2022. Keberhasilan menjaga inflasi tersebut juga tak lepas dari sinergi antara pemerintah dan Bank Indonesia (BI).
Sri Mulyani menjelaskan, salah satu upaya pengendalian inflasi adalah dengan memberikan subsidi terhadap komoditas yang harganya sedang melambung tinggi di tingkat global, seperti harga minyak mentah dunia.
Pemerintah berupaya keras agar harga minyak mentah yang melambung tinggi itu, tidak ditransmisikan kepada harga ditingkat konsumen. Maklum, bahan bakar minyak (BBM) yang banyak dikonsumsi masyarakat, bahan bakunya adalah minyak mentah.
Subsidi energi pada 2022 pun naik tiga hingga empat kali lipat. Dari sebelumnya hanya Rp 152,5 triliun, naik menjadi Rp 502,4 triliun seperti yang diatur di dalam Peraturan Presiden Nomor 98 Tahun 2022.
"APBN bekerja luar biasa untuk menstabilkan harga-harga, termasuk memberikan subsidi yang melonjak hingga lebih dari tiga kali lipat," jelas Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN Kita, Selasa (3/1/2023).
Kendati demikian, inflasi tetap tak terhindarkan, termasuk di saat pemerintah tetap melakukan penyesuaian kenaikan harga BBM.
Sepanjang tahun 2022 tercatat inflasi di tanah air berada pada level 5,5% secara tahunan (year on year).
Administered price melonjak ke level 13% karena kenaikan harga minyak, sedangkan core inflation atau inflasi inti, yang menunjukkan permintaan dalam perekonomian berada pada level 3,4% di tahun 2022.
"Inflasi kita merambat naik saat kita juga melakukan penyesuaian terhadap harga minyak, yang begitu sempat melonjak luar biasa tinggi," jelas Sri Mulyani.
Pengendalian inflasi diakui Sri Mulyani tak dilakukan sendirian. Pemerintah bersama Bank Indonesia (BI) dan otoritas terkait melakukan langkah policy mix untuk menekan inflasi.
Pemberian subsidi yang digelontorkan pemerintah, pada akhirnya tak perlu membuat BI harus meresponnya secara ekstrem, seperti yang dilakukan oleh bank sentral di negara lainnya, dengan menaikkan suku bunga secara masif.
"BI tidak dalam posisi merespon secara ekstrem seperti berbagai negara maju dengan kenaikan suku bunga, yang pasti menimbulkan dampak terhadap perekonomian," jelas Sri Mulyani.
Sri Mulyani pun mengklaim pemerintah dan BI serta otoritas lainnya telah berhasil mengendalikan inflasi. Bahkan inflasi tanah air yang mencapai 5,5% pada 2022 relatif lebih baik dibandingkan realisasi inflasi negara G20 maupun ASEAN 6 dan ASEAN 5.
Beberapa negara mengalami inflasi di atas Indonesia seperti Thailand 5,6%, Brazil 5,9%, India 5,9%, Perancis 6,2%, Singapura 6,7%, Kanada 6,8%, AS 7,1%, Eropa 10,1%, Inggris 10,7% bahkan Argentina mencapai 92,4% dan Turki 84,4%.
"Ini adalah prestasi yang sangat baik bagaimana pemerintah dan BI melakukan policy mix untuk menjaga tingkat harga termasuk menggunakan APBN dengan subsidi," pungkas Sri Mulyani.
(cap/cap)