Tok! RI Perketat Ekspor Minyak Sawit 1 Januari 2023

sef, CNBC Indonesia
30 December 2022 18:49
ilustrasi kelapa sawit
Foto: Reuters

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah Indonesia dilaporkan akan memperketat aturan ekspor minyak sawit mulai 1 Januari 2023. Rasio pengiriman ke luar negeri akan dikurangi untuk memastikan pasokan minyak goreng domestik cukup.

Eksportir hanya akan diizinkan mengirimkan enam kali lipat volume penjualan domestik mereka. Ini lebih sedikit dari rasio saat ini delapan kali lipat.

"Ini sebagai langkah preventif terhadap potensi kenaikan harga minyak goreng dalam negeri karena permintaan yang meningkat pada bulan Ramadan dan Idul Fitri yang akan turun pada Maret dan April 2023," kata Pejabat Senior Kementerian Perdagangan Budi Santoso, dikutip Reuters, Jumat (30/12/2022).

Hal sama juga dikatakan Pejabat Senior Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Septian Hario Seto. Ia mengatakan langkah tersebut ditujukan khusus untuk mengamankan pasokan dalam negeri pada kuartal I 2023.

"Pemerintah akan terus mengevaluasi rasio ekspor secara berkala dengan mempertimbangkan ketersediaan dan harga minyak goreng," kata Seto di laman yang sama.

Sementara itu, Sekretaris Jenderal Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Eddy Martono mengatakan pihaknya telah menyampaikan kekhawatiran ke pemerintah pekan lalu, tentang pasokan minyak goreng. Ini terkait program biodiesel pemerintah dan ekspektasi penurunan produksi minyak sawit pada kuartal pertama.

Dalam hal ini, ia mengatakan pemerintah berencana meningkatkan komponen wajib minyak sawit dalam biodiesel menjadi 35% mulai 1 Februari 2023. Sementara terkait rasio ekspor, Eddy mengatakan hal tersebut perlu dievaluasi secara berkala dalam jangka pendek untuk menghindari kelebihan pasokan.

"Kalau ternyata ramalannya salah dan hasilnya tidak turun drastis, harus dievaluasi, kalau tidak tandan buah segar akan menumpuk lagi di pabrik dan ini akan membuat petani marah," kata Eddy.

Perlu diketahui, harga minyak sawit berjangka Malaysia melonjak pada Jumat ini. Mencapai level tertinggi sejak 1 Desember pada 4.193 ringgit atau setara US$950,79 per ton.


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Video: Awal Tahun, Pemerintah Perketat Aturan Ekspor CPO

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular