
Cerita Miris Malaysia, Pengangguran Turun Cari Kerja Susah

Jakarta, CNBC Indonesia - Cerita datang dari Negeri Jiran. Ia adalah Ahmad Imran Amsyar, lulusan Fisika, asal Selangor, Malaysia.
Setiap hari ia bersiap pukul 05.00 pagi. Bukan untuk berangkat kerja menuju kantor tapi ke sebuah ruas jalan Seksyen 13 Shah Alam, tempat di mana ia menjajakan makanan pada para pengendara.
Pria 25 tahun itu menjual nasi lemak yang sudah dikemas dengan acar buah. Mobil sang ibu ia gunakan untuk berniaga.
"Saya lulus pada tahun 2020 pandemi," katanya dimuat Strait Times, Jumat (30/12/2022).
"Saya putus asa mencari uang setelah lulus karena keluarga kami tidak baik-baik saja karena ibu saya di-PHK. Jadi saya mendapatkan ide untuk menjajakan makanan di lampu merah," tambahnya.
Ia pun tak menyangka hal ini akan berlangsung hingga 2022. Ia mengaku masih terjebak melakukan hal yang sama karena tidak bisa mendapatkan pekerjaan di bidang yang ia pelajari
"Pada saat yang sama, saya hanya punya dua pilihan," katanya.
"Menghasilkan apa pun sendiri, jadi saya bisa mendapatkan uang untuk bertahan hidup, atau terus mencari tanpa mengetahui apakah saya akan mendapatkan pekerjaan di bidang saya," jelasnya.
Imran merupakan salah satu realita yang terjadi di Malaysia saat ini. Banyak warga Malaysia yang beralih menjual makanan dan minuman atau menawarkan berbagai layanan untuk mencari nafkah.
Sebenarnya menurut data pemerintah, tingkat pengangguran Malaysia menurun dari 3,7% pada Agustus menjadi 3,6% pada September. Angka ini bertahan pada level sama di Oktober.
Jumlah pengangguran turun 14,2% dari Oktober tahun sebelumnya (yoy) menjadi 605.000. Sementara data pekerja meningkat 3,4% menjadi 16,08 juta.
Tapi, tren penurunan pengangguran bisa jadi karena lebih banyak orang yang putus asa. Mereka memilih pekerjaan apa pun yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan.
"Ada begitu banyak faktor mengapa kita melihat tingkat pengangguran turun, tetapi lebih banyak orang bekerja di jalanan," ungkap Wakil Presiden Kongres Serikat Buruh Malaysia Mohd Effendy Abdul Ghani, di laman yang sama.
"Ada yang tidak dianggap menganggur, karena secara teknis mereka bukan pengangguran," tambahnya.
"Tapi mereka melakukan segala macam pekerjaan acak untuk menghasilkan pendapatan hanya untuk bertahan hidup. Ada yang melenceng dari bidangnya masing-masing karena gajinya terlalu rendah," tegasnya.
Sebuah studi juga baru-baru ini dilakukan di Malaysia. Di mana warga negeri itu di 2022 sebenarnya bereda pada posisi keuangan terburuk dalam jangka waktu lima tahun terakhir, dengan tabungan yang semakin menipis, yang mempersulit mereka untuk menghadapi resesi yang membayangi.
Sebuah survei dari situs web layanan keuangan Malaysia, RinggitPlus, mengungkapkan bahwa 70% warga menabung kurang dari RM500 (sekitar Rp 1,7 juta) per bulan pada tahun 2022. Bahkan ada yang tidak menabung sama sekali.
"Tidak mungkin untuk menabung sekarang. Kadang-kadang, saya berhasil menghemat RM200 dan kemudian ada keadaan darurat, saya kembali ke titik awal," kata seorang lulusan Komunikasi Massa, Nurul Hidayah Yassin (24).
"Itulah sebabnya saya baru-baru ini mulai menawarkan layanan baru. Karena lebih banyak konser berlangsung di negara ini, saya memutuskan untuk menawarkan 'layanan tiket' saya karena saya cukup pandai mengamankan tiket secara online," tambahnya.
"Bergantung pada kepopuleran artis, saya menagih antara RM20 dan RM30 per tiket untuk layanan saya," ujarnya lagi.
"Saya berhasil mendapatkan sedikit di atas RM1.000 dari layanan tiket saya ketika grup multi-genre Korea Dream Perfect Regime dan penyanyi China Jackson Wang datang ke Malaysia, tidak banyak, tapi setidaknya sesuatu untuk saya," tambahnya.
Mengutip Trading Economics ekonomi Malaysia sebenarnya tak buruk di kuartal III (q3) 2022. Ekonomi meroket 14,2% secara tahunan (year-on-year/yoy), melampaui realisasi pada kuartal sebelumnya sebesar 8,9% yoy.
Tak hanya itu, pertumbuhan ekonomi Malaysia pada kuartal III-2022 itu juga di atas ekspektasi para ekonom yang disurvei Reuters, yakni sebesar 11,7% yoy.
Gubernur Bank Negara Malaysia Nor Shamsiah Mohd Yunus mengatakan melesatnya pertumbuhan ekonomi tersebut didorong oleh meningkatnya permintaan domestik dan ekspor yang kuat.
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Malaysia Tertimpa Krisis Ini, Butuh Bantuan RI & Bangladesh