Big Stories 2022

Dunia Jadi Kacau Balau Pada 2022, Salah Negara Ini?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
30 December 2022 07:30
[THUMB] Resesi
Foto: Arie Pratama

Jakarta, CNBC Indonesia - Ekonomi dunia pada 2022 sebenarnya diperkirakan akan tumbuh cukup tinggi setelah terlepas dari resesi pada 2021 akibat jerat pandemi penyakit virus corona (Covid-19). Tetapi kenyataannya justru berbanding terbalik, perekonomian dunia kacau balau, resesi kembali membayangi.

Inflasi tinggi menjadi awal kacau balaunya perekonomian. Hal ini berawal dari pandemi penyakit virus corona (Covid-19). Saat itu banyak negara melakukan lockdown, roda bisnis pun mati suri.

Ketika vaksinasi sudah dilakukan, negara-negara mulai melonggarkan lockdown, perekonomian mulai menggeliat, permintaan seketika meningkat. Sayangnya, supply yang lama mati suri tidak mampu mengejar peningkatan demand, diperparah dengan krisis kontainer yang membuat rantai pasokan terhambat.

Dengan jumlah barang yang lebih sedikit ketimbang permintaan, maka harganya pun naik. Inflasi mulai menanjak di mana-mana sejak akhir 2021.

Memasuki 2022 sebenarnya diliputi dengan optimisme perekonomian akan membaik jika bank sentral di dunia mulai mengetatkan kebijakan moneternya. Tak diduga, perang Rusia-Ukraina pecah pada akhir Februari.

Perang tersebut membuat harga komoditas energi menanjak. Hal ini diperparah dengan sanksi yang diberikan Amerika Serikat (AS) dan sekutu ke Rusia. Negara-negara dilarang mengimpor minyak mentah dan gas dari Rusia.

Alhasil harga gas alam meroket gila-gilaan, begitu juga dengan minyak mentah dan batu bara. Maklum saja, Rusia merupakan salah satu produsen utama minyak mentah dan gas alam, ketika disanksi supply secara global tentunya menurun.

Inflasi sektor energi pun meroket, Eropa bahkan mengalami krisis. Kenaikan harga energi tersebut memicu inflasi ke barang-barang lainnya dan semakin meninggi.

Kekacauan dunia pun dimulai.

Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) dalam World Economic Outlook edisi Oktober 2021 memprediksi perekonomoian dunia akan tumbuh 4,9% pada 2022. Setahun berselang pada Oktober lalu, IMF memangkas proyeksi tersebut menjadi 3,2% saja. Penyebab utamanya inflasi yang tinggi.

Laju pertumbuhan ekonomi yang melemah tersebut menimpa semua negara, baik negara maju maupun emerging market seperti Indonesia.

Produk domestik bruto (PDB) negara maju dipangkas menjadi 2,4% pada tahun ini, dari proyeksi Oktober 2021 sebesar 4,5%. Sementara untuk emerging market dan developing economies diprediksi akan tumbuh 3,7%, lebih rendah dari prediksi sebelumnya 6,4%.

Tahun depan bakal lebih parah, IMF memprediksi perekonomian dunia hanya akan tumbuh 2,7%.

Inflasi di negara maju seperti Amerika Serikat (AS) dan Inggris melesat hingga ke level tertinggi dalam 40 tahun terakhir. Inflasi di zona euro bahkan mencatat rekor tertinggi sepanjang masa.

Inflasi yang tinggi artinya harga-harga barang mengalami kenaikan tajam. Masyarakat yang lahir mulai 1980an, tentunya baru kali ini merasakan harga barang melesat sangat tinggi.

Alhasil daya beli masyarakat menjadi turun dan berdampak pada pertumbuhan ekonomi. Maklum saja, belanja konsumen merupakan motor penggerak utama perekonomian.

Dengan suku bunga yang tinggi, bank sentral mengambil langkah menaikkan suku bunga dengan sangat agresif. Tujuannya untuk menurunkan inflasi.

Bank sentral AS (The Fed) misalnya, menaikkan suku bunga sebesar 425 basis poin sejak Maret lalu menjadi 4,25% - 4,5%. Bank sentral lainnya juga sama, bahkan masih akan berlanjut hingga tahun depan.

Era suku bunga tinggi pun tiba.

Ketika suku bunga tinggi, maka masyarakat akan cenderung melakukan saving atau pun investasi di obligasi misalnya, sehingga demand pull inflation menjadi tertahan. Inflasi pun pelan-pelan mengalami penurunan.

Inflasi memang mulai menurun tetapi ada harga yang harus dibayar. Semakin tinggi suku bunga, maka pertumbuhan ekonomi semakin rendah bahkan masuk ke resesi. Sebab, ketika suku bunga tinggi, dunia usaha cenderung menunda ekspansi, masyarakat pun lebih suka saving ketimbang berbelanja.

Alhasil, inflasi dan suku bunga tinggi menjadi "duet" maut penyebab kacau balaunya dunia.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Inggris Nekat Kerek Suku Bunga Lagi, Yakin Tak Jadi Resesi?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular