Bisnis BBM Bakal Mati, Pertamina Lakukan Ini di Bisnis Kilang

Verda Nano Setiawan, CNBC Indonesia
Kamis, 15/12/2022 19:35 WIB
Foto: Kilang Balongan. (Doc PT Kilang Pertamina Internasional)

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Pertamina (Persero) saat ini terus getol untuk menggenjot pengembangan industri petrokimia. Hal tersebut sebagai antisipasi perusahaan andaikata bisnis penjualan Bahan Bakar Minyak (BBM) mulai melandai di masa depan, terutama ketika transisi energi berjalan.

Direktur Keuangan PT Pertamina (Persero) Emma Sri Martini mengatakan, terdapat alasan khusus mengapa Pertamina mendirikan Subholding Refinery and Petrochemical. Pasalnya, petrokimia digadang-gadang menjadi bisnis masa depan tatkala bisnis BBM mulai surut.

"(Ketika) BBM konsumsinya landai atau menurun, Pertamina punya substitusi revenue kontributor, yaitu produknya bisa di-convert sebagai produk petrokimia yang selama ini Indonesia masih impor dengan melakukan revitalisasi di kilang-kilang kita bisa produksi petrokimia. Kita bantu pemerintah untuk mengurangi CAD dan memenuhi kebutuhan atas petrokimia produk," kata Emma dalam acara Konvensi Humas Indonesia, Kamis (15/12/2022).


Selanjutnya, melalui Subholding Commercial & Trading, menurut Emma, ke depan Pertamina tidak hanya menjual produk berupa BBM dan LPG. Namun, perusahaan juga tengah menyiapkan untuk penjualan produk petrokimia.

"Kemudian Subholding yang lagi trending, Power & New Renewable Energy (NRE) dengan clustering seperti ini terlihat Pertamina sudah menyiapkan sunset industri di fossil fuel dengan menyiapkan footprint ke energi transition dan RNE," kata dia.

Emma menyebut Pertamina semakin serius dalam mencapai target netral karbon atau Net Zero Emissions (NZE) pada 2060. Hal tersebut dapat tercermin dari meningkatnya total belanja modal (capital expenditure) perusahaan untuk bisnis energi hijau.

Bahkan dari sisi kontribusi revenue perusahaan diperkirakan akan bergeser, tidak lagi sepenuhnya dari bisnis energi fosil. Dimana pendapatan energi fosil sebagian akan menurun dan beralih ke bisnis energi bersih.

"Dari affirmative capex tetap fossil fuel business masih cukup dominan, tapi terlihat green business capex meningkat dari 10% menjadi 14,5 %," ujar Emma.


(wia)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Demi Lifting Migas 1 Juta Bph, 74 Wilayah Kerja Baru Dilelang