
Demi Transisi Energi, PHE Agresif Temukan Sumber Daya Gas

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Pertamina Hulu Energi (PHE), sebagai Subholding Upstream Pertamina, melakukan strategi operasi masif dan agresif. Adapun pengeboran eksplorasi PHE menghasilkan penambahan sumber daya 2C terambil sebesar 144 MMBO untuk minyak dan 931 BCFG untuk gas.
Direktur Eksplorasi PHE, Muharram Jaya Panguriseng mengatakan terus meningkatkan kinerja untuk mendukung ketahanan energi nasional. PHE juga memberikan upaya maksimal untuk memenuhi kebutuhan energi dalam negeri.
Berdasarkan Rencana Umum Energi Nasional (RUEN), komposisi bauran besaran energi Indonesia diperkirakan akan didominasi oleh Energi Baru Terbarukan (EBT) pada 2050. Selain itu, diperkirakan energi minyak dan gas juga tetap berperan untuk memenuhi kebutuhan energi nasional.
"Sejalan dengan target Net Zero Emission (NZE) pemerintah pada 2060, PHE memiliki strategi transisi energi melalui peningkatan pemanfaatan energi gas yang ramah lingkungan, program dekarbonisasi dan inovasi teknologi Carbon Capture Utilization & Storage (CCUS), dan Carbon Capture Storage (CCS)," terangnya dalam siaran pers, dikutip Rabu (14/12/2022).
Temuan cadangan gas ini didukung dari keberhasilan pengeboran eksplorasi sumur Sungai Gelam Timur-1, Wilela-001, Bajakah-001, Kolibri-1, Manpatu-1X, Markisa-001, dan GQX yang telah divalidasi besaran sumber dayanya di tahun 2022. Sementara untuk discovery R-2, S-2, Sungai Rotan-1, dan Kembo-001 akan dicatatkan di tahun 2023.
Selain itu, Muharram menjelaskan, sebagai bagian dari value chain Pertamina integrated energy company, PHE didukung oleh infrastruktur Subholding Gas.
Dalam eksplorasi, PHE menerapkan beberapa teknologi yakni 2D Seismic Broadband dengan panjang lintasan lebih dari 32.000 km yang merupakan Survei Seismic Offshore terpanjang di Asia Pasifik selama 10 tahun terakhir. Kemudian Full Tensor Gradiometry (FTG) yang baru pertama kali digunakan di Indonesia dan 2D Vibroseis Acquisition dengan teknologi untuk evaluasi target sub-vulkanik yang lebih baik melalui penerima nirkabel.
Muharram juga menjelaskan mengenai inovasi LPG Production Booster System di Kilang Badak LNG Bontang. Di mana teknologi tersebut dapat meningkatkan produksi LPG untuk wilayah Bontang hingga 323% sebesar 603 M3 per hari.
"Penemuan teknologi ini memberikan harapan bahwa kita bisa menghasilkan tambahan produksi LPG nasional, yang secara otomatis dapat mengurangi impor LPG. Efisiensi atau mengurangi penggunaan energi secara cermat dan hemat bisa memberikan kontribusi pada penurunan karbon emisi," tutur Muharram.
Sebagai informasi, PHE terdaftar dalam United Nations Global Compact (UNGC) sebagai partisipan/member sejak Juni 2022. PHE berkomitmen pada Sepuluh Prinsip Universal atau Ten Principles dari UNGC dalam strategi dan operasionalnya, sebagai bagian penerapan aspek Environment, Social, dan Governance (ESG).
PHE mendapatkan rating ESG 30,5 atau peringkat 23 dari total 250 oil and gas producers. Dia menegaskan PHE akan terus mengembangkan pengelolaan operasi di dalam dan luar negeri secara profesional untuk mewujudkan pencapaian menjadi perusahaan migas kelas dunia yang environmentally friendly, socially responsible, dan good governance.
(rah/rah)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sepanjang 2022, PHE Catatkan Laba Bersih Rp 68 Triliun
