
RI Sulit Lepas dari 'Cengkraman' China, Emang Iya?

Ekonom Mirae Asset Sekuritas Rully Arya Wisnubroto mengatakan masih sulit untuk menjadikan India sebagai tujuan ekspor utama walaupun peluang itu tetap ada di masa depan.
"Mungkin (bisa menggantikan) secara perlahan. Memang saat ini China sedang melambat sedangkan India growthnya cukup kuat," tutur Rully, kepada CNBC Indonesia.
Hasran menambahkan jika ekonomi India tetap tumbuh pesat seperti saat ini maka Negara Bollywood membutuhkan pasokan energi yang cukup. Indonesia bisa menjadi penyuplai komoditas tersebut.
"Jika ekonomi India tumbuh lebih cepat dibandingkan China maka energi yang dibutuhkan untuk menstimulus ekonomi juga akan semakin tinggi. Dalam hal ini, ekspor batu bara akan meningkat ke India," tuturnya.
Di sisi lain, ekspor batu bara ke China akan berkurang seiring dengan kebijakan Beijing yang meningkatkan kapasitas listrik dari energi terbarukan.
Namun, dia mengingatkan ada perbedaan besar dari struktur perekonomian India dan China.
"Saat ini, perekonomian India ditopang kuat oleh sektor jasa terutama teknologi digital. Tumbuhnya perekonomian mengharuskan keterlibatan yang lebih tinggi dalam rantai pasok global terutama pada sektor manufaktur berteknologi tinggi," ujarnya.
Industri tersebut membutuhkan pasokan besi dan baja, biji aluminium, dan juga nikel sebagai penggeraknya. Indonesia bisa berperan dalam pertumbuhan tersebut dengan memasok bahan yang dibutuhkan.
"Selain itu, konsumsi dalam negeri akan meningkat, sehingga membutuhkan bahan baku untuk industri makanan dan minuman. Dalam hal ini, Indonesia dapat meningkatkan ekspor CPOnya sebagai bahan baku utama industri makanan dan minuman di India," tutur Hasran.
Bila ekonomi India banyak menggantungkan ekonominya pada sektor jasa teknologi maka China bertumpu pada manufaktur, terutama produk kimia, baja, dan elektronik.
Bila dari sisi ekspor, India dan China merupakan pasar besar Indonesia. Lain halnya di sektor investasi. Pada kuartal III-2022, China menjadi investor asing terbesar kedua dengan nilai investasi mencapai US$ 1,6 miliar dengan 1.159 proyek. Mereka hanya kalah dari Singapura di tempat pertama.
Investasi China pada Januari-September 2022 tercatat US$ 5,2 miliar, hanya kalah dari Singapura di tempat teratas.
Sebaliknya, investasi di India masih sangat kecil. Nilai investasi India pada Januari-September 2022 menembus US$ 86,4 juta. India hanya berada di peringkat 21 dalam rangking investasi di Indonesia.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(mae/mae)
[Gambas:Video CNBC]