
Luhut-Yellen Surat-suratan soal Duit Rp 300 T, Ini Isinya

Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia dalamĀ KTT G20 Bali mendapatkan komitmen pendanaan transisi energi sebesar Rp 300 triliun dari Amerika Serikat.
Hal tersebut adalah pendanaan transisi energi melalui Just Energy Transition Partnership (JETP) senilai US$ 20 miliar atau sekitar Rp 311 triliun (kurs Rp 15.564).
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan mengaku telah bersurat dengan Menteri Keuangan Amerika Serikat Janet Yellen mengenai pendanaan transisi energi AS ke Indonesia.
Luhut mengaku terkejut dengan surat panjang yang dikirimkan oleh Yellen kepada pemerintahan Indonesia. Surat tersebut berisi apresiasi Amerika Serikat terhadap Indonesia mengenai pendanaan JETP.
"Ini adalah diskusi yang panjang, tapi saya sangat menghargainya karena Bu Yellen mengirimi saya surat yang sangat bagus. Saya sangat terkejut, suratnya begitu panjang yang mengapresiasi pemerintah Indonesia mengenai bagaimana kita menangani JETP ini," ungkapnya pada acara US-Indonesia Investment Summit 2022 di Hotel Mandarin Oriental, Jakarta, Selasa (6/12/2022).
Luhut kemudian langsung membalas dengan berterima kasih dan menjelaskan negara G20 masih menjadi penyumbang besar emisi karbon. Luhut menjelaskan mengenai kelompok negara G20 yang yamsih menyumbang emisi karbon sebesar 80%.
"Saya berkata, Sekretaris Yellen, maafkan saya, anda seorang profesor, saya hanya berlatar belakang militer. Tetapi Anda melihat anggota G20 ini, 80% kontribusi emisi karbon kita disumbangkan oleh anggota G20," kata Luhut kepada Yellen.
Namun yang menarik, lanjut Luhut, Indonesia hanya menyumbang sebanyak 2,3 juta ton emisi karbon per kapita. Hal tersebut termasuk rendah dibandingkan negara lain pada kelompok G20 yang bisa mencapai 14,7 juta ton emisi karbon per kapita.
"Tetapi jika Anda melihat per kapita, emisi karbon per kapita Indonesia hanya 2,3 juta ton per kapita dan baseline 4,5 negara besar di sini kira-kira 14,7 ton per kapita," jelasnya.
"Jadi saya bilang ke dia, saya bilang saya pikir saya adil. Kalau tanya diminta begini, sedangkan disini 2,3 mereka 14,7 baseline 4,5," tuturnya.
Oleh karena itu, Luhut mengaku sangat mengapresiasi Yellen karena telah berlaku cukup adil. Luhut menambahkan, dengan reputasi Yellen yang ternama sebagai seorang profesor, Yellen bisa memahami situasi dan kondisi Indonesia.
"Jadi saya sangat menghormatinya, karena menjadi seorang profesor dan juga nama bereputasi yang sangat terkenal, dia sangat memahami gagasan ini," tegasnya.
Untuk diketahui, Janji pendanaan US$ 20 miliar ini diberikan dengan syarat Indonesia harus meninggalkan batu bara sebagai sumber energi, terutama untuk pembangkit listrik. Indonesia pun harus mempercepat pengakhiran masa operasional alias pensiun dini pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara.
Pasalnya, Indonesia masih banyak menggunakan batu bara yang dianggap sebagai energi kotor bagi negara-negara maju tersebut.
Pendanaan ini akan disalurkan melalui inisiatif Just Energy Transition Partnership (JETP) yang dipimpin oleh Amerika Serikat dan Jepang. Kedua negara maju ini akan memimpin negosiasi dengan International Partners Group terkait pendanaan transisi energi di Indonesia, terutama untuk meninggalkan batu bara sebagai sumber energi pembangkit listrik.
Meski belum ada kejelasan mengenai sumber pendanaan ini, namun janji pendanaan ini dikhawatirkan justru mendatangkan masalah baru bagi Indonesia. Pasalnya, komitmen pendanaan ini dikhawatirkan menambah utang baru bagi Indonesia.
(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Luhut Diam-Diam Temui Menteri Keuangan AS, Ada Apa?
