Pemerintahan Jokowi 'Pede' Kertergantungan China ke RI Gede!

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah semakin percaya diri ketergantungan ekonomi China terhadap Indonesia kini kian besar, meskipun ekonomi negara itu terancam makim melambat.
Terutama karena Indonesia memiliki kekayaan untuk komoditas nikel, bauksit, hingga kobalt yang menjadi bahan baku untuk industri kendaraan listrik berbasis baterai atau electric vehicle (EV) China.
Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Iskandar Simorangkir mengatakan, kondisi ini membuat ekonomi Indonesia lebih berdaya tahan meskipun negara tersebut kini terus mengalami perlambatan ekonomi.
"China ketergantungannya bahan baku ke Indonesia sangat besar, jadi walau pertumbuhan ekonominya melambat tapi untuk sektor-sektor tertentu itu kebutuhannya sangat besar dia," kata Iskandar saat ditemui di Hotel Le Meridien Jakarta, Selasa (6/12/2022).
Dengan tren permintaan kendaraan listrik yang tengah besar-besarnya di berbagai negara saat ini, Iskandar berujar, China tidak akan menurunkan permintannya u bahan baku EV tersebut dari Indonesia. Sehingga, kinerja ekspor Indonesia secara keseluruhan dipastikannya akan tetap moncer ke China.
"Dia tidak akan menurunkan permintannya untuk sektor-sektor tertentu tadi, nikel kobalt, bauxit, itu kebutuhan utama dari EV. jadi walaupun itu melambat kebutuhan komponen bahan baku ini tidak akan turun. Hilirisasinya kan yang kita ekspor ke mereka," ucap Iskandar.
Pangsa ekspor Indonesia ke China pun menurut Iskandar masih mendominasi dengan besaran mencapai 25,7% hingga pertengahan tahun ini. Porsi impor negara tersebut dari Indonesia pun tercatat masih besar dengan total mencapai 29,6%. Dengan kebutuhan komoditas itu, maka perlambatan ekonomi China kata dia tidak akan signifikan nantinya ke Tanah Air.
"Untuk sektor tertentu bisa menurun. Tapi secara keseluruhan kalau kita lihat dampaknya relatif kecil akan menurun tapi relatif kecil. kesimpulannya jadi akan memengaruhi tapi dampaknya kecil karena China membutuhkan bahan baku, bahan intermediate yang sangat dibutuhkan oleh China dalam rangka ekspor mereka," ujar Iskandar.
Survei terbaru dari Reuters yang melibatkan 40 ekonom menunjukkan perekonomian China diperkirakan tumbuh 3,2% di 2022, jauh di bawah target pemerintah 5,5%. Nomura memangkas proyeksi PDB China 2022 menjadi 2,8% saja. Untuk tahun depan, PDB diperkirakan tumbuh 4%, dipangkas dari proyeksi sebelumnya 4,3%.
Riset terbaru UOB juga menunjukkan pelemahan ekonomi yang akan terjadi di China berlangsung cukup lama. Negeri Tirai Bambu tersebut memberikan andil besar terhadap turunnya perekonomian banyak negara dan dunia secara keseluruhan.
Hal ini dikarenakan strategi zero-Covid yang diberlakukan oleh pemerintahan Xi Jinping. Apabila ini berkepanjangan maka akan berisiko menurunkan permintaan global lebih dalam dan memperburuk gangguan rantai pasokan.
[Gambas:Video CNBC]
Chatib Basri Yakin RI Tidak Kena Badai Resesi 2023
(haa/haa)