Internasional

Waspada Rishi Sunak, Ekonomi Inggris Suram Jangka Panjang

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
05 December 2022 12:01
RICHMOND, ENGLAND - OCTOBER 24:A union flag flies outside Richmondshire Conservative Club in the heart of Rishi Sunak's constituency of Richmond (Yorkshire) on October 24, 2022 in Richmond, England. Rishi Sunak was appointed as Conservative leader and will become the UK's 57th Prime Minister today after he was the only candidate to garner 100-plus votes from Conservative MPs in the contest for prime minister. (Photo by Christopher Furlong/Getty Images)
Foto: Inggris (Photo by Christopher Furlong/Getty Images)

Jakarta, CNBC Indonesia - Perekonomian Inggris akan menyusut 0,4% tahun depan karena inflasi tinggi dan aksi perusahaan yang menahan investasi. Hal ini disampaikan oleh Konfederasi Industri Bisnis (CBI) dalam pengumuman Senin (5/12/2022).

Dalam laporannya, lembaga itu menyebut pelemahan ke level negatif ini akan berimplikasi suram untuk pertumbuhan jangka panjang. Pasalnya, perusahaan tetap menahan diri dengan adanya katalis negatif yang meliputi perekonomian Negeri Big Ben itu.

"Inggris berada dalam stagflasi, dengan inflasi yang meroket, pertumbuhan negatif, penurunan produktivitas, dan investasi bisnis. Perusahaan melihat peluang pertumbuhan potensial tetapi ... hambatan menyebabkan mereka menghentikan investasi pada tahun 2023," kata Direktur Jenderal CBI Tony Danker kepada Reuters.

Perkiraan CBI menandai penurunan tajam dari perkiraan terakhirnya di bulan Juni. Saat itu, lembaga tersebut memperkirakan pertumbuhan 1,0% untuk tahun 2023, dan memperkirakan produk domestik bruto (PDB) tidak akan kembali ke level sebelum Covid hingga pertengahan 2024.

Inggris sangat terpukul oleh lonjakan harga gas alam setelah serangan Rusia ke Ukraina. Selain itu, pasar tenaga kerja juga belum pulih setelah pandemi Covid-19 dan investasi serta produktivitas yang terus-menerus lemah.

"Pengangguran akan mencapai puncaknya pada 5,0% pada akhir 2023 dan awal 2024, naik dari 3,6% saat ini," kata CBI.

Inflasi Inggris mencapai level tertinggi 41 tahun sebesar 11,1% pada bulan Oktober. CBI memperkirakan inflasi akan menurun hingga level rata-rata 6,7% tahun depan dan 2,9% pada tahun 2024.

Sementara itu, CBI memperkirakan investasi bisnis pada akhir tahun 2024 akan berada 9% di bawah tingkat pra-pandemi. Output per pekerja juga akan melemah hingga 2%.

Untuk menghindari hal ini, CBI meminta pemerintah untuk membuat sistem visa kerja pasca-Brexit Inggris lebih fleksibel, mengakhiri larangan efektif untuk membangun turbin angin di darat, dan memberikan insentif pajak yang lebih besar untuk investasi.

"Kita akan melihat dekade pertumbuhan yang hilang jika tindakan tidak diambil. PDB adalah pengganda sederhana dari dua faktor: orang dan produktivitas mereka. Tapi kita tidak memiliki orang yang kita butuhkan, maupun produktivitasnya," tambah Danker.


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Inggris Krisis Biaya Hidup, Ekonomi Kini "Lampu Merah"

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular