
Dari China hingga Harga Sembako, Ini yang Buat Jokowi Pusing

2. Perlambatan ekonomi China dan Uni Eropa
Jokowi juga mengingatkan perlambatan ekonomi China dan Uni Eropa harus diwaspadai karena kedua kawasan merupakan pasar utama ekspor Indonesia.
China adalah pasar utama ekspor Indonesia dengan kontribusi hingga 27%. Negeri Tirai Bambu juga merupakan salah satu investor terbesar untuk Indonesia.
Pada Januari-September 2022, nilai investasi China di Indonesia menembus US$ 5,2 miliar. Nilai tersebut hanya kalah dari Singapura di tempat pertama. Sementara itu, nilai ekspor non-migas Uni Eropa mencapai US$ 18,1 miliar pada Januari-Oktober 2022 atau 7,9% dari total ekspor nonmigas Indonesia.
"Problem di Tiongkok yang belum selesai sehingga ekonomi mereka juga turun karena policy zero Covid. Ekspor Indonesia tahun ini tahun lalu melompat jauh tapi hati-hati tahun depan bisa turun. Ekspor ke China itu gede banget, ke Uni Eropa juga gede, oleh sebab itu hati-hati," imbuh Jokowi.
Nomura telah memangkas pertumbuhan ekonomi China untuk 2023 menjadi 4%, dari 4,3% pada proyeksi sebelumnya.
Mantan Wali Kota Solo tersebut memperkirakan ekonomi Uni Eropa hampir pasti akan mengalami resesi. Ekonomi Amerika Serikat juga akan melambat, salah satunya karena kebijakan moneter mereka yang ketat.
3. Kepercayaan investor
Jokowi mengingatkan menjaga kepercayaan investor sangat penting di tengah ketidakpastian global. Kepala Negara RI tersebut menjelaskan masing-masing negara kini berebut menarik investasi untuk menggerakan ekonomi mereka. Karena itulah, dia meminta agar semua stakeholder mampu mengambil kebijakan yang tepat dalam menjaga kepercayaan investor.
"Saya titip ke seluruh kementerian pada gubernur, pada, bupati, walikota jangan sampai ada yang mempersulit mengganggu capital inflow arus modal masuk dalam rangka arus investasi," ujarnya.
4. Daya beli masyarakat
Jokowi mengingatkan daya beli masyarakat harus dijaga untuk mendukung pertumbuhan ekonomi.
Indonesia menggantungkan 50% lebih produk domestik bruto (PDB) nya kepada konsumsi rumah tangga. Karena itulah, pemerintah berusaha tetap men jaga daya beli masyarakat dengan memberi sejumlah bantuan sosial saat menaikkan harga BBM subsidi.
Dalam dua kuartal terakhir, konsumsi rumah tangga sudah tumbuh ke level historisnya, yakni di kisaran 5%.
(mae/luc)