
Program Biodisel B40 Di Tengah Transisi Energi, Sudah Tepat?

Pemberlakuan B40 ini merupakan salah satu upaya strategis negara untuk mengurangi impor Bahan Bakar Minyak (BBM), sekaligus mengimplementasikan bauran Energi Baru Terbarukan (EBT).
B40 adalah campuran bahan bakar nabati berbasis CPO atau sawit, yaitu Fatty Acid Methyl Esters (FAME). Kadarnya adalah 40%, sementara 60% merupakan Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis solar. B40 ditargetkan dipakai untuk kendaraan roda empat berbahan bakar diesel.
Negara Bisa Hemat Banyak?
Dengan B40 diprediksi jumlah impor BBM Indonesia akan berkurang. Bahkan negara disebut bisa hemat hingga ratusan triliun. Jika diasumsikan Indonesia tidak impor minyak solar sebesar 15 juta kiloliter (kl), jika harga per liternya misalnya Rp 13.000 dikali 15 juta (kl) hasilnya bisa sampai Rp 200 triliun.
perkiraan kebutuhan B30 atau kebutuhan solar di 2023 mencapai 37,5 juta kl. tahun 2021 Indonesia menghemat hingga Rp 66 triliun berkat program B30. Padahal harga minyak dunia saat itu sedang turun.
Artinya dengan harga minyak dunia yang sedang tinggi saat ini, maka uang negara yang bisa dihemat jelas lebih besar. Apalagi mata uang dolar saat ini sedang perkasa.
Di Klaim Berdampak Signifikan Bagi Komponen Mesin
Setelah hasil pengujian, bahan bakar B40 tidak memberikan dampak signifikan terhadap komponen mesin dan tidak terdapat dampak negatif performa kendaraan uji sampai dengan selesai uji jalan 50.000.km B40 bahkan disebut memiliki kelebihan. Salah satunya adalah tidak mencemari lingkungan.
Sementara itu, Anggota Kompartemen Teknologi Otomotif Masa Depan Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO) Abdul Rochim, menyebut BBM biodiesel bisa mengangkat kotoran lebih baik dibandingkan solar.
"Memang biodiesel salah satu kemampuannya itu memang bisa mengangkat kotoran. Sebenarnya bagus sih biodiesel itu karena bisa mengangkat kotoran yang tidak diangkat dengan solar. Nah, itu banyak kerak-kerak bersih," jelasnya dalam Catatan CNBC Indonesia.
Langkah ini dinilai tepat untuk berproses dalam upaya transisi energi. Memang, saat ini masanya Indonesia harus berbenah, buru-buru untuk bisa mencoba memanfaatkan sumber-sumber energi yang terbarukan khususnya untuk bisa kita manfaatkan dan ke depannya kita harus bisa mandiri energi, itulah yang namanya ketahanan energi buat Indonesia
Terlebih lagi, ekosistem dunia persawitan sudah berjalan untuk mengatasi ketergantungan terhadap energi fosil dan Indonesia memiliki kemampuan untuk dengan luas lahan yang tersedia. Selain sawit sumber energi lain yang juga sedang dikembangkan adalah ethanol.
Untuk diketahui, Indonesia juga merupakan negara produsen sawit terbesar di dunia yang menyumbang 54% market share dunia, sehingga ekspor produk industri kelapa sawit Indonesia mampu menjangkau lebih dari 125 negara untuk keperluan pangan, energi dan aneka industri hilir lainnya.
Guna menciptakan nilai tambah yang lebih tinggi, pemerintah terus mengembangkan industri hilir kelapa sawit agar tidak hanya terkonsentrasi pada bahan baku, namun juga hingga ke hilir bahkan sampai produk akhir.
Selain itu, pemerintah juga harus serius menerapkan berbagai kerangka kebijakan komprehensif dan mendorong kerja sama multipihak agar sektor kelapa sawit mampu berkembang dengan tetap memperhatikan keberlanjutannya bagi lingkungan.
Penetapan kerangka kebijakan tersebut mulai dari Sertifikasi Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO), Rencana Aksi Nasional Kelapa Sawit Berkelanjutan (RAN-KSB) 2019-2024, hingga Program Strategis Nasional tentang Peremajaan Sawit Rakyat (PSR).
Pada akhirnya, dengan Program biodiesel B40 ini dinilai sangat penting mendukung keberlanjutan industri sawit nasional dengan penyerapan sawit yang sangat signifikan terhadap penyerapan sawit di dalam negeri.
BPDPKS memproyeksikan pertumbuhan CPO sebesar 4% per tahun, sehingga diperkirakan rata-rata produksi antara tahun 2023-2026 sebesar 57,24 juta ton hingga 58,27 juta ton yang akan memberikan lebih banyak kesempatan di sektor hilir.
Program biofuel, sendiri akan menjadi strategi baik dalam menyeimbangkan kenaikan produksi dengan peningkatan pasar baru bagi penyerapan sawit.
Untuk diketahui, saat ini program biodiesel diklaim telah digunakan hampir di setiap wilayah tanah air. Dimana produsen biodiesel ada di 12 provinsi di seluruh tanah air dengan total produksi lebih dari 10 Juta kilo liter.
Dengan potensi yang dimiliki, para stakeholder harus terus memberikan perhatian khusus kepada penggunaan energi baru terbarukan seperti biodiesel, green diesel, dan green gasoline (bensin) yang ramah lingkungan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aum/aum)