BI Khawatirkan Ancaman Resflasi, Fenomena Apa Itu?

Maesaroh, CNBC Indonesia
21 November 2022 14:25
Perry Warjiyo, Bank Indonensia. (Tangkapan layar Youtube Komisi XI DPR RI Channel)
Foto: Perry Warjiyo, Bank Indonensia. (Tangkapan layar Youtube Komisi XI DPR RI Channel)

Jakarta, CNBC Indonesia- Resesi dan tingginya inflasi masih menjadi ancaman utama perekonomian global tahun ini dan tahun depan. Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo bahkan mengatakan dunia tengah menghadapi risiko resflasi.

Perry merujuk resflasi pada fenomena adanya resesi tetapi di sisi lain ada laju inflasi yang tinggi.

"Ada risiko stagflasi, pertumbuhannya stuck turun namun inflasinya tinggi. Bahkan istilahnya adalah resflasi, risiko resesi dan tinggi inflasi," tutur Perry pada saat menghadiri Rapat Kerja dengan Komisi XI DPR, (Senin, 21/22/2022).

Istilah resesi dan stagflasi sudah berhembus kencang sejak lonjakan inflasi melanda akibat dari perang Rusia-Ukraina. Perang melambungkan harga komoditas dan pangan ke level yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Resesi secara teknikal diartikan sebagai terjadinya kontraksi pertumbuhan selama dua kuartal beruntun.

Melalui pengertian tersebut, AS bahkan memasuki resesi pada kuartal II-2022 setelah membukukan kontraksi ekonomi selama dua kuartal.

Sementara itu, stagflasi merupakan periode pelambatan atau stagnannya perekonomian disertai dengan inflasi yang tinggi. Istilah stagflasi pertama kali muncul pada 1970an, dan belum lagi pernah terjadi.

Perekonomian global pada periode 1970an, rata-rata tumbuh 4,1%. Level tersebut jauh di bawah pertumbuhan pada periode 1960an yang berada di kisaran 5% ataupun pada 1950an di 5,5%.

Sementara itu, laju inflasi melonjak tajam. Pada tahun 1973, inflasi global meroket hingga 10,3% karena lonjakan harga minyak. Inflasi Indonesia pada tahun tersebut bahkan menembus 23,30%.

Inflasi Amerika Serikat (AS) dan Inggris, misalnya, melambung ke level tertingginya 40 tahun terakhir. Kondisi ini memaksa bank-bank sentral di dunia mengerek suku bunga secara agresif. Kebijakan suku bunga ketat dan lonjakan inflasi membuat pertumbuan ekonomi global melambat.

Dana Moneter Internasional (IMF) mengingatkan jika sepertiga perekonomian dunia akan mengalami kontraksi pada tahun depan.

"Tiga kawasan dengan perekonomian terbesar yaitu AS, China, dan Eropa akan terus melambat. Yang terburuk belumlah terjadi sekarang ini karena banyak dari warga dunia yang akan merasakan resesi pada 2023," tutur kepala ekonom IMF Pierre-Olivier Gourinchas, pertengahan Okober 2022.

TIM RISET CNBC INDONESIA



(mae/mae)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Waspada! BI Beri Warning 'Seramnya' Ekonomi RI di 2023

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular