Perang Tak Tahu Kapan Berakhir, BI: 2023 Situasi Lebih Buruk!

Arrijal Rachman, CNBC Indonesia
Senin, 21/11/2022 12:35 WIB
Foto: Perry Warjiyo, Bank Indonensia. (Tangkapan layar Youtube Komisi XI DPR RI Channel)

Jakarta, CNBC Indonesia - Perekonomian global di tahun ini dan tahun depan diperkirakan masih akan terus bergejolak. Hal ini lantaran masih terjadinya tensi geopolitik yang terjadi.

Hal tersebut disampaikan langsung oleh Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo dalam rapat kerja dengan Komisi XI DPR, Senin (21/11/2022).

"Kondisi global tahun ini dan tahun ke depan itu masih akan terus bergejolak. Kita tidak tahu kapan selesainya perang Rusia dan Ukraina. Juga perang dagang antara AS dan Tiongkok juga memanas, termasuk juga geopolitik di Taiwan," jelas Perry.



Di samping itu, Perry mengungkapkan Tiongkok alias China juga diperkirakan masih akan memperpanjang kebijakan zero Covid-19 alias lockdown di negaranya, pada 1,5 tahun ke depan.

Kondisi tersebut, juga turut mempengaruhi situasi ekonomi global ke depan, mengingat China merupakan salah satu produsen barang kebutuhan dasar industri di banyak negara.

Apalagi China merupakan negara mitra dagang terdekat dengan Indonesia.

"Ini kondisi global yang berpengaruh terhadap ekonomi di Indonesia dan seluruh dunia, tentu saja itu juga berpengaruh dari tingginya harga energi dan lain-lain," jelas Perry.




Secara keseluruhan, pertumbuhan ekonomi global, kata Perry melambat disertai dengan tingginya tekanan inflasi, agresifnya kebijakan moneter di negara maju, dan berlanjutnya ketidakpastian global pasar keuangan.

Adapun BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi global pada tahun ini akan mencapai 3% (year on year/yoy) dan turun menjadi 2,6% (yoy) pada tahun 2023.


(cap/mij)
Saksikan video di bawah ini:

Video: AMRO Ungkap Risiko Pembengkakan Rasio Utang RI Terhadap PDB