CNBC Indonesia Research

Badai PHK Saat Ekonomi RI Cemerlang, Sebenarnya Ada Apa?

Aulia Mutiara Hatia Putri, CNBC Indonesia
Senin, 21/11/2022 12:55 WIB
Foto: Arie Pratama

Jakarta, CNBC Indonesia - Menuju akhir tahun 2022, nyatanya Indonesia kembali membuat warganya was-was. Bukan tanpa alasan, pemutusan Hubungan Kerja (PHK) massal kian marak terjadi di tengah perbaikan ekonomi yang harusnya banyak kabar positif menyelimuti masyarakat Indonesia.

Seperti yang kita ketahui, di saat ekonomi dunia sulit dan banyak negara jatuh ke jurang resesi, Indonesia berhasil menorehkan hasil yang cemerlang dan sudah kembali ke level historisnya ke era pra-pandemi yakni di atas 5%.

Lihat saja laporan Badan Pusat Statistik (BPS) yang baru saja diumumkan, Senin (7/11/2022). Selama kuartal III-2022, pertumbuhan ekonomi Indonesia menembus 5,72% (year on year/yoy).


Pertumbuhan ekonomi itu adalah yang tertinggi sejak kuartal II-2021 (7,07%) atau dalam lima kuartal terakhir. Namun, tingginya pertumbuhan kuartal II-2021 merupakan anomali karena lebih dipengaruhi oleh rendahnya basis perhitungan pada kuartal II-2020 (-5,32%).

Di tengah berhasilnya Indonesia mempertahankan perekonomianya, kenapa 'badai' PHK kini sudah terjadi di mana-mana? Bahkan ketika Indonesia dapat dikatakan jauh dari resesi.

Fenomena PHK memang tidak hanya terjadi di Indonesia, kekacauan ekonomi global penyebabnya. Sehingga membuat banyak perusahaan besar di berbagai penjuru belahan dunia mau tak mau menempuh kebijakan serupa. Misalnya Maersk, Exxon, United Airlines dan Shell di Amerika Serikat (AS), hingga Rolls Royce, Renault, Airbus dan Nissan di Eropa.

Gelombang PHK ini sebenarnya tidak terjadi belakangan saja, melainkan sudah sejak tahun 2020 ketika pandemi menerpa. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), tingkat pengangguran terbuka di Indonesia meningkat 1,84% secara tahunan (year on year/yoy) menjadi 7,07% pada Agustus 2020.

Kemudian, Tahun lalu ketika pandemi berangsur terkendali, data tenaga kerja pun membaik. Pada Agustus 2021, jumlah pekerja tercatat 131,05 juta orang atau bertambah 2,6 juta orang dibanding Agustus 2020. Tingkat pengangguran terbuka berkurang menjadi 6,49%.

Di periode itu, tercatat setidaknya 21,32 juta orang atau 10,32% dari penduduk usia kerja terdampak pandemi Covid-19. Jumlahnya relatif melandai secara tahunan.


(aum/aum)
Pages