Internasional

Hati-Hati Sunak! Kenaikan Pajak Bikin Konsumsi Inggris Loyo

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
18 November 2022 14:25
British Prime Minister Rishi Sunak arrives ahead of an emergency meeting of leaders at the G20 summit following the overnight missile strike by a Russian-made rocket on Poland, on November 16, 2022, in Bali, Indonesia.  Leon Neal/Pool via Reuters
Foto: via REUTERS/POOL

Jakarta, CNBC Indonesia - Kenaikan pajak dan pemotongan anggaran yang direncanakan Pemerintah Inggris masih menyimpan risiko. Pasalnya, daya beli masyarakat diramalkan akan menurun dan memberikan bayangan resesi.

Office for Budget Responsibility (OBR) mengatakan pendapatan rumah tangga yang dapat dibuang akan turun 4,3% pada tahun keuangan saat ini dan sebesar 2,8% pada 2023/24. Ini merupakan penurunan paling tajam dalam catatan sejak tahun 1950-an.

"Kemerosotan dua tahun itu akan menghapus semua pertumbuhan standar hidup selama delapan tahun hingga 2022," kata OBR dikutip Reuters, Jumat (18/11/2022).

Sebelumnya, langkah pemotongan anggaran dan kenaikan pajak ini dicanangkan oleh Perdana Menteri (PM) baru Rishi Sunak dan juga Menteri Keuangan Jeremy Hunt. Hal ini untuk mengendalikan inflasi di negara itu yang bertengger di level 11%.

Hunt sendiri menyebutkan akan berencana untuk menghemat 55 miliar pound per tahun untuk memperbaiki keuangan publik. Menurutnya, ini bagian dari perjuangan menurunkan inflasi

"Kredibilitas tidak dapat diterima begitu saja dan angka inflasi kemarin menunjukkan kita harus melanjutkan perjuangan tanpa henti untuk menurunkannya, termasuk komitmen penting untuk membangun kembali keuangan publik," kata Hunt kepada parlemen.

Hunt mengatakan ekonomi sudah dalam resesi dan akan menyusut tahun depan karena berjuang dengan perkiraan inflasi rata-rata 9,1% tahun ini dan 7,4% pada 2023 sebelum turun tajam.

Meski begitu, rencana Hunt ini tidak begitu disambut baik oleh pasar. Mata uang Inggris, poundstreling, turun 1,1% terhadap dolar dan 0,5% terhadap euro pada penutupan Kamis pukul 16:40. Investor menilai skala penghematan Hunt lebih buruk dibandingkan rencana negara-negara besar lainnya dalam melawan inflasi.

"Inggris tetap menjadi tempat yang sulit untuk dinilai saat ini. Kita belum tentu berada di akhir rangkaian berita buruk dan dengan resesi yang berkepanjangan diperkirakan kita mungkin perlu menunggu jalur inflasi ke bawah yang lebih berkelanjutan," ujar kepala investasi di Quilter Investors, Marcus Brookes.


(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Tok! Hemat Anggaran Rp 1.023 T, Inggris Resmi Naikkan Pajak

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular