Internasional

Menkeu Inggris: Tahun Depan Resesi, Ekonomi Minus 1,4%

News - Rindi Salsabila, CNBC Indonesia
17 November 2022 21:10
A video grab from footage broadcast by the UK Parliament's Parliamentary Recording Unit (PRU) shows Britain's Chancellor of the Exchequer Jeremy Hunt making an autumn budget statement in the House of Commons in London on November 17, 2022. - Britain is set to unveil hefty tax rises and spending cuts at the risk of worsening a cost-of-living crisis for millions in the recession-bound economy. (Photo by Handout / PRU / AFP) / RESTRICTED TO EDITORIAL USE - NO USE FOR ENTERTAINMENT, SATIRICAL, ADVERTISING PURPOSES - MANDATORY CREDIT Foto: Menteri Keuangan Inggris Jeremy Hunt. AFP/HANDOUT

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Keuangan Inggris Jeremy Hunt mengatakan bahwa ekonomi negara tersebut diperkirakan akan menyusut tahun depan.

Hal itu disampaikan dalam pemaparan rencana menaikkan pajak dan memotong pengeluaran untuk memperbaiki keuangan publik.

Berdasarkan prediksi baru, Produk Domestik Bruto (PDB) Inggris akan berkontraksi sebesar 1,4% tahun depan dibandingkan dengan proyeksi pertumbuhan sebesar 1,8% pada prospek sebelumnya yang diterbitkan pada Maret oleh Office for Budget Responsibility (OBR).

Dikutip dari Reuters, Hunt mengatakan bahwa prakiraan OBR menunjukkan dampak yang mencolok dari hambatan global terhadap ekonomi Inggris.

Ia juga menyatakan, menurut perkiraan OBR PDB Inggris akan tumbuh sebesar 1,3% pada 2024 dan 2,6% pada 2025, dibandingkan dengan perkiraan sebelumnya untuk pertumbuhan masing-masing sebesar 2,1% dan 1,8%.

Hunt dan Sunak menyatakan bahwa mereka akan memulihkan kepercayaan investor di Inggris setelah percobaan "Trussonomics" yang gagal. Sebelumnya, mereka melakukan pemotongan pajak yang tidak didanai sehingga membuat poundsterling terhadap dolar AS terjun ke level terendah sepanjang masa.

Hunt mengatakan, OBR menilai bahwa Inggris sudah masuk dalam resesi. Hal tersebut menandakan kalau Inggris adalah satu-satunya negara G7 yang belum pulih seperti sebelum pandemi, setelah sebelumnya mengalami pertumbuhan pendapatan yang hampir stagnan selama satu dekade.

Lebih lanjut, Hunt mengatakan dia hanya dapat memperlambat kenaikan biaya pinjaman jika ia dapat menunjukkan kepada investor bahwa gunung utang Inggris sebesar 2,45 triliun poundsterling atau sekitar Rp 45,4 kuadriliun (kurs Rp18.545) akan mulai turun sebagai bagian dari output ekonomi.

Kritikus telah memperingatkan agar Inggris tidak kembali ke jenis kontrol ketat pada pengeluaran yang dikejar oleh Partai Konservatif yang berkuasa selama 12 tahun terakhir. Sebab, itu akan merugikan layanan publik yang sudah meregang dan kehidupan jutaan rumah tangga, memperdalam proses resesi yang diperkirakan di negara itu.


[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

Inggris Krisis Biaya Hidup, Ekonomi Kini "Lampu Merah"


(luc/luc)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading