Jokowi Benar! Dunia Kacau Balau, RI Sudah Kena Getahnya

News - Arrijal Rachman, CNBC Indonesia
15 November 2022 20:35
Suasa Pelabuhan Tanjung Priok
foto : CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto

Jakarta, CNBC Indonesia - Ekonom senior yang juga Wakil Menteri Keuangan periode 2010-2014, Anny Ratnawati, mengingatkan mulai perlunya mencermati dampak pelemahan perekonomian global terhadap ekonomi domestik, berdasarkan data neraca perdagangan Oktober 2022 yang telah dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) siang ini.

Anny mengatakan, meski neraca perdagangan Oktober masih surplus sebesar US$5,67 miliar dan lebih tinggi dari data September 2022 sebesar US$4,97 miliar, tapi dari sisi kinerja ekspor mulai mengalami perlambatan, khususnya untuk sektor-sektor yang memiliki kontribusi terbesar seperti industri pengolahan serta tambang dan lainnya.

Untuk ekspor sektor tambang dan lainnya, kata Anny, perlu dicermati karena secara bulanan telah turun sebesar minus 2,18 persen. Pada Oktober 2022, ekspor produk pertambangan dan lainnya sebesar US$5,96 miliar sedangkan pada September 2022 masih di posisi US$6,09 miliar.

"Neraca perdagangan kita masih ditopang year on year-nya oleh tambang dan lainnya tapi month to month jangan lupa ini sudah ada koreksi 2,18 persen," kata Anny dalam Program Closing Bell, CNBC Indonesia, Selasa, (15/11/2022).

Neraca perdagangan barang Oktober 2022 (Tangkapan Layar Youtube)Foto: Neraca perdagangan barang Oktober 2022 (Tangkapan Layar Youtube)
Neraca perdagangan barang Oktober 2022 (Tangkapan Layar Youtube)

Dalam struktur ekspor Indonesia, Anny menekankan, sektor pertambangan menempati posisi kedua setelah industri pengolahan, yaitu mencapai 5,97 persen dari total ekspor. Maka, ketika pergerakannya melambat, ia berpendapat, akan mempengaruhi kinerja ekspor secara keseluruhan.

"Artinya kita lihat juga harga CPO, batu bara, mulai koreksi turun. Ini yang perlu kita baca lagi. Hati-hati struktur ekspor kita terkait perkembangan ekonomi dunia, dan dugaan tahun depan dunia akan sedikit mengalami perlambatan dari sisi ekonominya," tutur Anny.

Apalagi, ekspor industri pengolahan yang porsinya paling besar terhadap total ekspor, yaitu mencapai 17,04 persen, menurutnya terbilang stagnan dengan pertumbuhan hanya sebesar 0,50 persen secara bulanan pada Oktober 2022, dari US$16,9 miliar menjadi US$17,03 miliar.

Kondisi ini kata Anny menandakan masyarakat internasional sudah mulai mengurangi belanjanya menghadapi potensi perlambatan ekonomi tahun depan. Sebab, konsumsi untuk barang-barang hasil produksi industri pengolahan, khususnya produk tekstil hingga alas kaki, kata dia kerap kali melambat saat krisis.

"Artinya kalau ada situasi perlambatan ekonomi global, pertama kali orang akan menahan dari sisi konsumsi garmen, pakaian, alas kaki, dan sebagainya. Kalau makan enggak karena kebutuhan pokok," ujar Anny.

Hal ini sejalan dengan yang disampaikan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) beberapa waktu terakhir. Dunia kini suram dan akan terus memburuk ke depannya. Indonesia pun ternyata sudah merasakan tekanan dari sisi ekspor.


[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

Top! Neraca Dagang RI Surplus 26 Bulan Beruntun


(mij/mij)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading