Internasional

Inggris Makin Ngeri, Tagihan Listrik Bisa 'Meledak' Rp44 Juta

sef, CNBC Indonesia
14 November 2022 16:30
People gather outside Buckingham Palace, London, following the announcement of the death of the Britain's Prince Philip at the age of 99. Prince Philip, the irascible and tough-minded husband of Queen Elizabeth II who spent more than seven decades supporting his wife in a role that both defined and constricted his life, has died, Buckingham Palace said Friday. He was 99. (Ian West/PA via AP)
Foto: Warga berkumpul di luar Istana Buckingham, London. (Ian West / PA via AP)

Jakarta, CNBC Indonesia - Biaya tagihan listrik tahunan rata-rata warga Inggris bisa meledak dua tahun mendatang. Pasalnya tarif listrik mengalami kenaikan signifikan.

Rumah tangga diyakini harus membayar 2.500 pound (atau sekitar Rp 45 juta) tagihan tahunan untuk dua tahun ke depan. Ini naik dari 1.400 pound (sekitar Rp 25 juta) di Oktober 2021.

Sebenarnya pemerintah sudah melakukan batas atas pada tagihan energi per September. Namun, ini tak efektif.

Karenanya Inggris diminta memulai upaya "gaya vaksinasi" untuk mengatasi lonjakan harga energi dan mencegah terjadinya krisis energi di masa depan. Gaya vaksinasi yang dimaksud adalah seperti saat peluncuran vaksin Covid-19 untuk memberantas pandemi.

"Perlu ada internvensi yang sangat aktif, gaya vaksinasi," kata bos pemasok gas dan listrik Ovo Energy, Raman Bhatia, dikutip CNBC International Senin (14/11/2022).

"Apa yang kami harapkan sebagai sektor... adalah semacam 'dukungan' untuk terus berlanjut setelah April sehingga kami tidak berakhir ke dalam jurang," katanya lagi meminta bantuan stimulus dari pemerintah.



Perlu diketahui kekurangan energi di Eropa berakar saat pembukaan kembali ekonomi pasca Covid-19. Ada lonjakan permintaan energi secara tiba-tiba yang membuat harga gas yang mendominasi energi Eropa melambung.

Masalah makin berat ketika sanksi Barat diterapkan ke Rusia atas serangan ke Ukraina. Moskow adalah pemasok utama energi, terutama gas Eropa.

Ini akhirnya membuat harga energi makin melonjak. Hal itu mengancam kehidupan dan bisnis warga, termasuk di Inggris yang kebanyakan sumber energinya impor.

Dari data yang sama antara Juli 2021 hingga Mei 2022, 29 pemasok energi Inggris juga bangkrut. Salah satunya Bulb, yang pernah menjadi perusahaan pemasok energi terbesar ketujuh di negeri itu.

Di kesempatan yang sama, ia pun menyinggung transisi energi. Krisis ini, menurutnya membuat transisi energi menjadi nyata.

"Dan biaya transisi energi jangka pendek telah meningkat. Tapi peluang jangka panjangnya menjadi lebih mendesak dan mendesak," katanya lagi.


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Krisis Inggris Makin Ngeri? Pemerintah Sebar BLT Rp 16,8 Juta

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular