Penjualan Properti Melambat, Efek Kenaikan Suku Bunga KPR?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
14 November 2022 14:55
Awal Desember 2017, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) mencatat capaian Program Satu Juta Rumah sebanyak 765.120 unit rumah, didominasi oleh pembangunan rumah bagi  masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) sebesar 70 persen, atau sebanyak 619.868 unit, sementara rumah non-MBR yang terbangun sebesar 30 persen, sebanyak 145.252 unit.
Program Satu Juta Rumah yang dicanangkan oleh Presiden Joko Widodo, sekitar 20 persen merupakan rumah yang dibangun oleh Kementerian PUPR berupa rusunawa, rumah khusus, rumah swadaya maupun bantuan stimulan prasarana dan utilitas (PSU), 30 persen lainnya dibangun oleh pengembang perumahan subsidi yang mendapatkan fasilitas KPR FLPP, subsisdi selisih bunga dan bantuan uang muka. Selebihnya dipenuhi melalui pembangunan rumah non subsidi oleh pengembang.
Ketua Umum Asosiasi Pengembang Perumahan dan Pemukiman Seluruh Indonesia (Apersi) Junaidi Abdillah mengungkapkan, rumah tapak masih digemari kelas menengah ke bawah.
Kontribusi serapan properti oleh masyarakat menengah ke bawah terhadap total penjualan properti mencapai 70%.
Serapan sebesar 200.000 unit ini, akan terus meningkat pada tahun 2018 menjadi 250.000 unit.
Foto: Muhammad Luthfi Rahman

Jakarta, CNBC Indonesia - Penjualan properti residensial di pasar primer masih terus menunjukkan pertumbuhan di kuartal III-2022. Meski demikian, pertumbuhan tersebut melambat cukup tajam dibandingkan periode tiga bulan sebelumnya.

Seperti diketahui Bank Indonesia (BI) mulai menaikkan suku bunga acuannya sejak Agustus lalu. Di saat yang sama suku bunga Kredit Pemilikan Rumah (KPR) juga mengalami kenaikan, berdasarkan data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Hal ini tentunya berdampak pada permintaan properti.

BI hari ini merilis Survei Harga Properti Residensial (SHPR) yang menunjukkan harga properti masih mengalami kenaikan. Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) pada kuartal III-2022 dilaporkan naik 1,94% (year-on-year/yoy) lebih tinggi dibandingkan dengan kuartal sebelumnya 1,66% (yoy).

biFoto: Bank Indonesia

Secara kuartalan IHPR juga mengalami kenaikan sebesar 0,54%. Kenaikan tersebut terjadi di seluruh tipe rumah, mulai dari kecil, sedang dan besar.

Menurut BI kenaikan tersebut sejalan dengan laju inflasi bahan bangunan yang terus menunjukkan tren peningkatan.

Sementara itu dari sisi penjualan, pertumbuhan penjualan properti residensial di pasar primer tumbuh 13,58% (yoy) pada periode Juli - September, lebih rendah dari kuartal II-2022 yang tumbuh 15,23%.

Jika dilihat lebih detail, penurunan pertumbuhan tersebut terjadi akibat kontraksi penjualan rumah sedang sebesar 1,59% (yoy). Sementara pertumbuhan penjualan rumah besar melambat menjadi 19,73% (yoy) dari sebelumnya 29,86% (yoy). Sedangkan rumah kecil penjualannya melonjak 30,77% (yoy) dari sebelumnya 14,44% (yoy).

Naiknya harga rumah, ditambah dengan suku bunga KPR yang kemungkinan akan terus naik tentunya membebani calon pembeli properti.

Hal ini juga terungkap dari survei BI, di mana responden melihat hambatan yang terjadi dari penjualan properti yakni kenaikan harga bahan bangunan yang berkontribusi sebesar 25% dan suku bunga KPR dengan kontribusi penghambatnya hampir 12%.

Seperti diketahui, BI sudah menaikkan suku bunga acuannya (BI 7 Day Reverse Repo Rate) selama tiga bulan beruntun hingga Oktober lalu dengan total 125 basis poin menjadi 4,75%, deposit facility menjadi 4% dan lending facility 5,5%.

Kemudian data dari OJK menunjukkan rata-rata suku bunga dasar KPR sudah naik 4 bps menjadi 8,61% pada Agustus, dari 8,57% pada Juli. Perbankan sudah mulai mengerek suku bunga saat BI pertama kali menaikkan suku bunga.

Rata-rata suku bunga dasar kredit mikro naik 5 bps menjadi 10,51% pada Agustus. Rata-rata suku bunga dasar kredit korporasi meningkat 4 bps menjadi 7,94% pada Agustus.

ojkFoto: OJK

Sebagai catatan, kenaikan tersebut terjadi saat BI menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin pada Agustus. Sementara pada September dan Oktober BI menaikkan masing-masing 50 basis poin. Tidak menutup kemungkinan suku bunga KPR akan perlahan-lahan kembali menanjak, apalagi BI berpeluang menaikkan suku bunga beberapa kali lagi.

Dengan demikian, ada potensi tren pertumbuhan penjualan properti di pasar primer akan terus mengalami pelambatan.

(pap/pap)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation