Internasional

Bencana Baru Hantam Inggris, Tenaga Kerja 'Menghilang'

News - Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
11 November 2022 07:00
The Union Jack flag flies above the Houses of Parliament from the Victoria Tower in London, Thursday, Sept. 12, 2019. The British government insisted Thursday that its forecast of food and medicine shortages, gridlock at ports and riots in the streets after a no-deal Brexit is an avoidable worst-case scenario. (AP Photo/Alastair Grant) Foto: Inggris (AP Photo/Alastair Grant)

Jakarta, CNBC Indonesia - Ratusan ribu warga Inggris telah keluar dari pasar tenaga kerja negara itu sejak 2019. Hal ini disebabkan masalah kesehatan fisik dan juga mental.

Kantor Statistik Nasional (ONS) menyebut pada Agustus 2022 angka warga negara itu yang keluar dari pekerjaannya berjumlah 2,5 juta orang. Ini dikarenakan peningkatan tajam hingga 363 ribu orang yang mundur dari pekerjaannya selama pandemi Covid-19.

"Diperlukan lebih banyak pemahaman tentang dampak waktu tunggu Layanan Kesehatan Nasional (NHS), Covid yang lama, dan tenaga kerja yang menua," kata ONS dalam sebuah laporan yang diterbitkan pada Kamis (10/11/2022).

Penyakit jangka panjang adalah alasan yang diberikan oleh 28% orang yang tidak bekerja atau mencari pekerjaan antara Juni dan Agustus 2022. Ini merupakan kenaikan 25% sejak awal pandemi.

"Kategori penyakit yang paling umum, dan paling cepat meningkat, adalah 'masalah kesehatan atau kecacatan lainnya'," papar lembaga itu.

Analisis menambah kekhawatiran Bank of England (BoE) yang sedang berusaha untuk menjinakkan inflasi yang saat ini di level tertinggi 40 tahun. BoE khawatir bahwa jumlah orang yang meninggalkan angkatan kerja Inggris akan memicu tekanan inflasi.

Data terpisah menunjukkan bahwa Inggris tertinggal di belakang hampir semua negara maju dalam pemulihan pasar tenaga kerja pasca Covid.

Institute for Employment Studies (IES) mengatakan kombinasi faktor-faktor, termasuk peningkatan orang yang mengambil pensiun dini, penyakit jangka panjang dan migrasi yang lebih rendah, telah menguras tenaga kerja Inggris.

"Kami memiliki rekor pengangguran rendah, namun jam kerja masih di bawah level Februari 2020," kata CEO Konfederasi Perekrutan dan Ketenagakerjaan, Neil Carberry.

"Itu membuat ketidakaktifan ekonomi menjadi tantangan besar bagi kemampuan masa depan kita untuk memberikan pertumbuhan dan kemakmuran."


[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

Prospek Ekonomi Inggris Beneran Suram, Resesi Menunggu Waktu?


(luc/luc)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading