
Proyek Energi Hijau Indonesia Lebih Lambat dari Negara Lain

Jakarta, CNBC Indonesia- Penggunaan energi bersih atau energi hijau saat ini menjadi agenda banyak negara, tak terkecuali Indonesia. Upaya ini dilakukan sebagai salah satu langkah dalam menghadapi krisis iklim.
Namun Head of ESG Finance for APAC, MUFG Bank, Ltd. Colin Chen menyebut bahwa penyerapan proyek energi hijau di Indonesia lebih lambat dari negara lain. Menurut dia, hal ini karena beberapa proyek di Indonesia masih bergantung pada bahan bakar fosil.
"Saya pikir selama beberapa dekade, yang kami bangun sebagai kekuatan pengembang di Indonesia, lebih bergantung pada bahan bakar fosil," kata dia dalam CNBC Indonesia G20 Forum, Senin (7/11/2022).
Adapun dia menjelaskan bahwa ada berbagai tantangan untuk mendapatkan daya selama 24 jam dari energi bersih. Di mana hal ini menjadi salah satu tantangan di Indonesia dibandingkan dengan negara lain.
Lebih lanjut Colin menjelaskan bahwa untuk transisi energi memerlukan pendanaan yang besar hingga USD 1 triliun. Dia menilai bahwa angka itu jumlah yang realistis mengingat Indonesia negara yang lumayan besar.
"Maksud saya, ini adalah negara yang sangat besar dengan permintaan yang sangat besar. Saya percaya bahwa keseimbangannya ada, dalam bagaimana kita bertransisi dari tempat kita memiliki jejak saat ini ke tempat yang ingin kita capai yang merupakan masa depan yang lebih hijau dengan jejak karbon yang lebih kecil," pungkas Colin.
(dpu/dpu)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Peluang Ekonomi Domestik Hadapi Ancaman Resesi di 2023