CNBC Indonesia Research

JK Ungkap RI Tahan Banting Dihantam Krisis, Nih Faktanya!

Anisa Sopiah & Maesaroh, CNBC Indonesia
03 November 2022 09:24
Kilang Balongan
Foto: Kilang Balongan. (Doc PT Kilang Pertamina Internasional)

Indonesia menghadapi resesi sebanyak tiga kali yakni pada 1963, 1997/1998, dan 2020/2021. Dari tiga resesi tersebut, periode 1997/1998 akan dikenang sebagai resesi yang terburuk karena diiringi dengan tragedi kemanusiaan.  Pada periode krisis lain, ekonomi Indonesia membuktikan bisa pulih dengan cepat.

1. Resesi 1963

Resesi pada 1963 dipicu oleh hiperinflasi. Kondisi ekonomi dan politik Indonesia pada saat itu dikucilkan dari dunia internasional karena sikapnya yang konfrontatif, seperti keluar dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Inflasi melambung hingga 118,7% pada 1963 sementara ekonomi ambles. Produk Domestik Bruto (PDB) nasional pada tahun tersebut terkontraksi 2,24%. Pengeluaran rumah tangga terkontraksi 3,95%, ekspor-impor terkontraksi 26,58% sementara investasi terkontraksi 23,69%.

Ekonomi Indonesia bangkit setelah itu bahkan mencatatkan pertumbuhan double digit 10,9% pada 1968.  Perekonomian Indonesia membaik setelah periode kelam 1965 dan melonjak pada 1970an dan 1980an.

Pada periode 1990an awal, ekonomi Indonesia sebenarnya tengah dalam periode pertumbuhan yang tinggi di kisaran 6%. Inflasi Indonesia juga hanya berada di angka 5,1%.

2. Stagflasi 1970an

Stagflasi ekonomi pada tahun 1970-an dipicu oleh disrupsi mendadak pada rantai pasokan. Harga material mentah tiba tiba naik yang berawal dari embargo minyak Arab Saudi dan negara-negara penghasil minyak lain.

Saat itu, Arab Saudi dan sejumlah negara mengembargo Amerika Serikat (AS) dan negara lain yang mendukung Israel dalam perang Yom Kippur.

Akibatnya, ini memicu krisis minyak dan stagflasi di negara-negara Barat. Di AS sendiri, pasca kondisi tersebut tahun 1974-1982 inflasi dan tingkat pengangguran melampaui 5%. Ini kemudian merembet ke negara-negara lain yang berpotensi menimbulkan krisis ekonomi beruntun.

Banyak negara mencatatkan kontraksi pertumbuhan pada periode tersebut. Kondisi sebaliknya dinikmati Indonesia. Pada periode tersebut, Indonesia merupakan negara net eksportir minyak.

Harga minyak mentah yang melonjak pun membuat ekonomi Indonesia melaju kencang.  Dilansir dari buku Ekonomi Indonesia dalam Lintasan Sejarah  karangan mantan Wakil Presiden Boediono, Indonesia akhirnya untuk pertama kalinya bisa berkesempatan merencanakan pembangunan dengan sangat baik pada periode 1970an.

Keseluruhan pengeluaran pembangunan pada 1974 bahkan mencapai 34 kali lebih tinggi dibandingkan 10 tahun sebelumnya,

"Indonesia mendapat berkah yang tidak terduga -harga ekspor utama Indonesia minyak bumi meningkat empat kali lipat pada 1974. Tiba-tiba terbuka ruang lebar bagi pemerintah untuk meningkatkan investasi. Rezeki minta memungkinkan Indonesia memasuki jalur cepat pembangunannya," tutur Boediono.

Selama 1970-1971, ekonomi Indonesia tumbuh 7,5%. Pada periode 1972-1980, ekonomi Indonesia tumbuh rata-rata 6,8%. periode 1970an juga dikenal sebagai awal industrialisasi Indonesia.

(mae/mae)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular