
Bahaya! 'Bom Utang' Asia Terbesar di Dunia

Jakarta, CNBC Indonesia - Dana Moneter Internasional (IMF) mengungkapkan bahwa Asia menyimpan 'bom waktu' di tengah ancaman resesi global. Asia tercatat sebagai debitur terbesar di dunia.
Tidak hanya itu, IMF mengingatkan dinamika utang publik dan swasta sudah lebih buruk setelah pandemi karena pertumbuhan yang lebih lambat, kenaikan suku bunga, dan tingkat utang yang lebih tinggi.
"Depresiasi besar dan kenaikan suku bunga dapat memicu tekanan keuangan di negara-negara dengan leverage tinggi di antara perusahaan dan rumah tangga non-keuangan serta neraca [korporasi] yang tidak dilindungi lindung nilai dan mereka yang menghadapi risiko pembiayaan kembali," kata Krishna Srinivasan, Direktur Departemen Asia dan Pasifik IMF, dalam paparan Regional Economic Outlook untuk kawasan Asia Pasifik, Jumat (28/10/2022).
"Jika suku bunga naik secara substansial, hal ini akan meningkatkan keseimbangan fiskal yang diperlukan untuk menstabilkan utang, sehingga membatasi ruang fiskal untuk prioritas lain," tambahnya.
Oleh karena itu, dia juga mengingatkan bahwa konsolidasi fiskal diperlukan, baik untuk mendukung sikap kebijakan moneter maupun menstabilkan utang.
"Mengingat ruang fiskal yang terbatas, intervensi untuk mengurangi dampak guncangan pangan dan energi global pada rumah tangga yang rentan harus tepat sasaran, sementara, dan netral anggaran untuk mempertahankan konsolidasi," paparnya.
Dalam paparan ini, IMF juga mengungkapkan keprihatinan dengan tanda-tanda meningkatnya fragmentasi geo-ekonomi. Asia dan Pasifik memainkan peran sentral dalam produksi global. Sementara itu, IMF telah memperingatkan bahwa kawasan ini memiliki banyak kerugian jika terjadi skenario fragmentasi yang tajam di mana dunia terbagi menjadi blok-blok perdagangan yang terpisah.
Saat Asia menghadapi tantangan dan risiko ini, Krishna mengingatkan kewaspadaan yang berkelanjutan sangat penting, serta kalibrasi dan komunikasi kebijakan yang cermat. Inflasi dan suku bunga yang lebih tinggi akan memperburuk dinamika utang dan menambah 'scarring effect' ekonomi.
"Fragmentasi dan proteksionisme akan mengurangi pertumbuhan, menambah scarring effect dan merusak dinamika utang," tegasnya.
(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article IMF Warning soal Utang Asia & 5 Negara Masuk Radar, RI?