Internasional
IMF Warning soal Utang Asia & 5 Negara Masuk Radar, RI?

Jakarta, CNBC Indonesia - Direktur Departemen Asia dan Pasifik Dana Moneter Internasional (IMF), Krishna Srinivasan, mengatakan meningkatnya tingkat utang yang didorong oleh inflasi dan pengetatan kondisi keuangan di seluruh Asia saat ini menjadi perhatian.
"Jika Anda melihat utang untuk kawasan, jika Anda melihat bagian Asia dari total utang, utang agregat, itu naik cukup tajam," kata Srinivasan, melansir CNBC International, Kamis (28/7/2022).
Dia mengatakan utang di kawasan itu telah meningkat dari 25% sebelum pandemi menjadi 38% saat ini. Srinivasan juga mengatakan negara-negara yang berisiko antara lain Laos, Mongolia, Maladewa dan Papua Nugini, termasuk Sri Lanka telah yang gagal membayar utangnya.
"Jadi ada banyak negara di kawasan yang menghadapi angka utang yang tinggi. Dan beberapa dari negara-negara ini berada di wilayah kesulitan utang. Jadi itu yang harus kita waspadai," kata Srinivasan.
Inflasi di Laos mencapai 23,6% pada Juni. Bank Pembangunan Asia memperkirakan inflasi tahunan Mongolia akan mencapai 12,4% pada tahun 2022.
Maladewa telah berjuang dengan utang yang tinggi selama bertahun-tahun. Sementara rasio utang terhadap PDB Maladewa telah turun selama dua tahun terakhir, masih tinggi sekitar 100% dari PDB.
Dalam prospek ekonomi global yang dirilis Selasa, IMF memperkirakan perlambatan tajam dalam pertumbuhan global dari 6,1% tahun lalu menjadi 3,2% tahun ini. IMF juga memprediksi pertumbuhan di China dan India akan terpukul.
Akibatnya, Srinivasan mengatakan pertumbuhan di Asia akan berdampak signifikan pada 2022 dan 2023. Masing-masing melambat menjadi 4,2% dan 4,5%.
"Tahun ini kami melihat inflasi menjadi faktor yang cukup besar. Faktanya, kami menaikkan perkiraan inflasi kami untuk Asia secara lebih luas dan itu terutama berlaku untuk ekonomi maju di Asia," kata Srinivasan.
Namun, dia tidak menebak apakah akan melihat krisis atau tidak di wilayah ini.
"Penurunan harga (pertumbuhan) mencerminkan dampak serius dari perang (Ukraina). Perang telah menyebabkan peningkatan inflasi yang signifikan," imbuh Srinivasan.
Dia mengatakan Asia secara keseluruhan telah mengalami pengetatan yang cukup besar dalam kondisi keuangan. Terutama karena ekonomi maju menaikkan suku bunga.
[Gambas:Video CNBC]