Awas Kim Jong Un Ngamuk, AS-Jepang-Korsel Ancam Korut
Jakarta, CNBC Indonesia - Amerika Serikat (AS), Jepang, dan Korea Selatan (Korsel) mengancam Korea Utara (Korut). Mereka memperingatkan negeri Kim Jong Un, akan adanya "repons kuat yang belum pernah terjadi sebelumnya".
Ketiganya, bahkan, bersumpah akan bersatu melawan Pyongyang. Ini terkait uji coba nuklir Negeri Pertapa.
"Kami sepakat untuk lebih memperkuat kerja sama ... sehingga Korut dapat segera menghentikan kegiatan ilegalnya dan kembali ke pembicaraan denuklirisasi," kata Wakil Menteri Luar Negeri Korsel Cho Hyun-dong dikutip Reuters, Rabu (26/10/2022).
"Ketiga negara sepakat tentang perlunya respons kuat yang belum pernah terjadi sebelumnya jika Korut melanjutkan uji coba nuklir ketujuhnya," tambahnya.
Hal sama juga ditegaskan Wakil Menteri Luar Negeri AS Wendy Sherman. Ia mendesak Korut untuk "menahan diri dari provokasi lebih lanjut".
"Semua perilaku ini sembrono dan sangat tidak stabil," tegasnya.
Wakil Menteri Luar Negeri Jepang Takeo Mori melihat aktivitas nuklir Korut sebagai sesuatu yang kini sangat intens. Hal itu menjadi tantangan serius bagi masyarakat internasional.
"Kami sepakat untuk meningkatkan pencegahan di wilayah kami dengan tujuan denuklirisasi Korut," tambahnya.
Sebelumnya, dalam pernyataan Selasa, Presiden Korsel Yoon Suk-yeol mengecam Korut atas serangkaian uji coba rudal belum lama ini. Di mana pemimpinnya Kim Jong Un menyebutnya sebagai praktik untuk "serangan nuklir pre-emptive di Selatan jika terjadi serangan yang akan datang".
"Mereka tidak hanya secara terbuka menyatakan niat mereka untuk menggunakan senjata nuklir secara pre-emptive, tampaknya mereka telah menyelesaikan persiapan untuk uji coba nuklir ketujuh," kata Yoon, dikutip Japan Time.
Sejauh ini Korut memang telah melakukan enam uji coba nuklir. Di mana ledakan terakhir diklaim sebagai senjata termonuklir.
Kim Jong Un sendiri belum berkomentar soal ini. Namun bulan lalu, ia menyatakan kekuatan nuklir negaranya tidak dapat diubah.
Ini sekaligus mengakhiri negosiasi atas program senjata mematikan itu. Kala Donald Trump menjadi presiden AS, keduanya bertemu tiga kali untuk membicarakan nuklir.
(sef/sef)