Internasional

China Juru Selamat Rusia, Ekspor Gas-Batu Bara "Meledak"

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
26 October 2022 10:00
TOPSHOT - Russian President Vladimir Putin (L) and Chinese President Xi Jinping pose during their meeting in Beijing, on February 4, 2022. (Photo by Alexei Druzhinin / Sputnik / AFP) (Photo by ALEXEI DRUZHININ/Sputnik/AFP via Getty Images)
Foto: Sputnik/AFP via Getty Images/ALEXEI DRUZHININ

Jakarta, CNBC Indonesia - Ekspor gas dan batu bara untuk pembuatan baja dari Rusia ke China telah mencetak rekor baru. Hal ini terjadi saat negara-negara Barat mencoba melumpuhkan perdagangan Moskow dengan sanksi dan embargo akibat aksi militernya di Ukraina.

Mengutip data Bea Cukai China, secara keseluruhan, pembelian keseluruhan produk energi China dari Rusia mencapai US$ 51 miliar atau Rp 792 triliun dalam tujuh bulan sejak dimulainya serangan ke Ukraina. Selama periode yang sama pada tahun 2021, pembelian energi China dari Rusia hanya menembus US$ 30 miliar.

Secara rinci, ekspor batu bara kokas Rusia ke Negeri Tirai Bambu bulan lalu melonjak menjadi 2,5 juta ton dari sekitar 900.000 ton pada September tahun lalu. Pada Agustus sebesar 1,9 juta ton.

"Impor batu bara secara keseluruhan, termasuk batu bara termal dan kokas, melonjak 20% menjadi hampir 7 juta ton tahun-ke-tahun," tulis laporan itu dikutip Russia Today, Rabu, (26/10/2022).

Pengiriman gas alam cair (LNG) melalui jalur laut melonjak sepertiga dari tahun lalu menjadi 819.000 ton. Untuk yang melalui itu, belum jelas berapa banyak gas Rusia yang diimpor China melalui jaringan itu karena Beijing belum melaporkan aliran tersebut sejak awal tahun.

Di sisi lain, impor minyak Rusia China turun menjadi 7,5 juta ton bulan lalu dari 8,3 juta ton pada Agustus. Walau begitu, ini masih tetap lebih tinggi dari September tahun lalu yang mencapai 6,1 juta ton.

"Total pembelian energi Rusia, termasuk produk minyak, juga turun sedikit menjadi US$ 7,5 miliar bulan lalu dari US$ 8,4 miliar pada Agustus. Namun mereka masih jauh lebih tinggi dari tahun lalu US$ 4,7 miliar."

China sendiri memang sejauh ini tidak memberikan sikap sanksi ekonomi terhadap Rusia seperti apa yang diinginkan negara-negara Barat. Beijing justru menentang manuver semacam ini karena menganggapnya sebagai sesuatu yang justru akan memperburuk keadaan.

Dari segi yang lain, China juga tetap menjalin komunikasi dengan Ukraina. Negara Pimpinan Presiden Xi Jinping itu berharap situasi kondusif dapat tercapai dan terus mendukung segala bentuk penyelesaian konflik antara kedua negara bertetangga itu.


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ekonomi RI Diramal Kalahkan China di 2023

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular