5 Ekonom Beberkan Pemicu Investasi Asing Moncer di Q3

News - haa, CNBC Indonesia
25 October 2022 15:10
INFOGRAFIS, Daerah RI Ini Jadi Incaran Investor Asing Foto: Infografis/ Daerah RI yang Jadi Incaran Investor Asing/ Edward Ricardo

Jakarta, CNBC Indonesia - Kabar baik datang di tengah gelapnya prospek ekonomi global. Investasi asing yang mengalir ke Tanah Air tumbuh kencang pada kuartal III-2022.

Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahaladia menyebutkan bahwa di tengah situasi dunia yang tidak menentu, investasi asing yang masuk ke Indonesia berhasil mencatatkan realisasi sepanjang kuartal III-2022 mencapai Rp 169 triliun.

"Di tengah ekonomi global tak menentu, FDI [foreign direct investment] turun, tapi Alhamdulillah Indonesia PMA [penanaman modal asing] Rp 169 triliun," kata Bahlil dalam konferensi pers, Senin (24/10/2022).

Bahlil menyebut pertumbuhan realisasi investasi asing secara month to month (mtm) mencapai 3,5%, sementara pertumbuhan secara tahunan mencapai 63,9%.

"Ini terbesar dalam sejarah. Jadi kita tumbuh 63%, saya sejak masuk di Kementerian BKPM saya tanya pernah enggak tumbuh segini, rasanya gak ditemukan tapi kita lagi cari," kata Bahlil.

Tingginya realisasi investasi asing di dalam negeri ini menjadi sorotan ekonom. Apakah arus investasi langsung asing ini akan tetap kuat pada tahun-tahun mendatang? Sektor usaha apa yang akan diminati?

Berikut ini pandangan dari lima ekonom mengenai investasi asing di Indonesia.

1. Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman

Bank Mandiri membenarkan bahwa pertumbuhan investasi asing pada kuartal III-2022 merupakan yang tertinggi selama satu dekade terakhir. Singapura, China dan Jepang masih menjadi kontributor utama.

Faisal menilai pertumbuhan investasi langsung asing ini dipicu oleh kenaikan harga komoditas. Selain itu, dia melihat adanya efek dari upaya kemudahan aturan bisnis dan perizinan yang dilakukan pemerintah melalui UU Cipta Kerja.

Kemudian, keberhasilan upaya penyederhanaan atau peningkatan prosedur investasi industri hilir turut memberikan andil.

Ke depannya, Bank Mandiri memperkirakan investasi dapat mendorong pemulihan ekonomi Indonesia di 2022.

"Dengan permintaan domestik yang terus menguat di tengah membaiknya mobilitas masyarakat setelah pelonggaran PPKM, investasi terlihat akan melanjutkan siklus kenaikan," ungkap Faisal.

"Kami melihat agenda reformasi struktural dan birokrasi dapat memberikan manfaat bagi investasi di sektor pengganda output tinggi, seperti sektor manufaktur dan konstruksi."

Di sisi lain, dia yakin momentum investasi juga akan didukung oleh reformasi berkelanjutan di sektor hilirisasi sumber daya alam.

2. Ekonom Senior Mirae Asset Sekuritas Rully Arya Wisnubroto

Kepada CNBC Indonesia, Rully mengungkapkan dirinya melihat investasi asing belum tentu turun ke depannya.

"Saya merasa pemerintah masih berusaha untuk mendorong pertumbuhan setinggi-tingginya, terutama di luar Jawa," katanya.

Adapun, bagi investor asing, sektor manufaktur masih sangat menarik, terutama yang memiliki nilai tambah dan penyerapan tenaga kerja yang tinggi. Melihat prospek ke depannya, dia berharap pemerintah mempertahankan stabilitas ekonomi jangka pendek maupun jangka panjang.

"Dalam jangka pendek memang yang menjadi perhatian utama adalah inflasi dan volatilitas nilai tukar yang tinggi," ujar Rully. Dengan demikian, Indonesia bisa tetap menarik bagi investor asing.

Bahkan, dia menambahkan upaya menjaga stabilitas kedua indikator ini dapat menopang investasi untuk jangka panjang.

3. Direktur CELIOS Bhima Yudhistira

Sementara itu, Bhima menilai tingginya realisasi investasi asing pada kuartal III-2022 disebabkan oleh situasinya sebagian investor yang mulai melakukan realisasi investasi setelah pandemi reda.

"Itu positifnya, yang sebelumnya tertunda, sekarang mulai dieksekusi sehingga menjadi low base effect. Karena begitu pandemi reda, seolah angka investasi naik tinggi padahal akumulasi juga dari rencana tahun sebelumnya," kata Bhima.

Selain itu, dia juga melihat adanya pengaruh dari efek harga komoditas. Menurutnya, investor manfaatkan momentum booming komoditas sehingga investasi yang naik banyak disektor pertambangan dan perkebunan berorientasi ekspor sepanjang semester I-2022.

"Tapi concern investor saat ini adalah ancaman resesi global akan membuat biaya investasi meningkat, baik dari sisi biaya pinjaman, maupun biaya bahan baku," ujarnya.

Bhima justru mengkhawatirkan kondisi China. Menurutnya, kondisi China memegang peranan penting.

"China sedang hadapi zero covid policy dan krisis properti sehingga bisa mempengaruhi minat investasi di negara lain," ujarnya.

Dengan kondisi global yang penuh ketidakpastian, dia memperkirakan investasi yang sensitif terhadap inflasi misalnya disektor otomotif, ritel, dan properti mungkin akan 'wait and see' atau merombak dulu rencananya.

"Jadi untuk capai target Rp 1.200 triliun nampaknya masih belum bisa dengan situasi makro beberapa bulan mendatang. Kalaupun bisa tercapai Rp 1.000 triliun sebenarnya sudah cukup bagus karena investasi punya kontribusi 30% terhadap PDB," ungkap Bhima.


4. Kepala Ekonom Bank Central Asia David E. Sumual

David meyakini investasi akan tetap tinggi pada kuartal IV-2022. Pasalnya, kata David, investasi langsung orientasinya 5-10 thn ke depan.

"Dengan tren kenaikan suku bunga pinjaman ke depan, investor justru kemungkinan segera merealisasikan investasinya," ungkapnya.

Menurutnya, investor akan menyasar sektor utama yang menjadi langganan a.l. industri logam, pertambahan, serta transportasi dan pergudangan. David pun menegaskan kuatnya investasi asing ke dalam negeri ini juga menjadi penopang rupiah.

"Ini salah satu alasan rupiah menjadi salah satu mata uang yang bisa bertahan di tengah Dollar Bull," katanya kepada CNBC Indonesia.

5. Ekonom Bank Danamon Irman Faiz

Irman menegaskan investasi asing tumbuh tinggi karena prospek ekonomi Indonesia yang masih baik untuk tahun ini dan bebrapa tahun kedepan, meski ada ancaman resesi global.

"Ekonomi Indonesia diperkirakan masih akan resilient," ungkapnya. Dia yakin investasi terkait dengan hilirisasi, terutama terkait dengan nikel akan tetap kuat, termasuk smelter dan ekosistem mobil listrik.

Dengan demikian, dia memperkirakan investasi asing akan tetap tinggi hingga semester I-2022. Hal ini dimungkinkan karena beberapa negara di dunia akan mengalami resesi pada semester II.

Untuk menopang prospek ini, dia berharap fundamental makro dan situasi politik tetap stabil, terlebih di tahun politik 2023 dan 2024.

"FDI itu determinan paling utamanya adalah stabilitas makro dan kepastian politik," katanya.


[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

Kepala BKPM Beberkan 5 Sektor Paling Diminati Investor


(haa/haa)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading