
Ini Kronologi "Kiamat" BBM Prancis, Semoga Tak Terjadi di RI

Jakarta, CNBC Indoensia - Prancis tengah dilanda 'sial' akibat krisis bahan bakar. Lagi-lagi akar masalahnya ada di Inflasi dan tingginya biaya hidup.
Hal itu membuat pekerja kilang depot bahan bakar mogok kerja dan meminta kenaikan gaji. Ini kemudian memicu demonstrasi besar-besaran.
Ya, krisis energi masih terus menghantui negara-negara Eropa akibat perang Rusia-Ukraina yang meletus 24 Februari lalu. Ini menyebabkan langkanya bahan bakar seperti gas dan minyak, yang mendorong inflasi melonjak tinggi.
Harga yang mahal dan pasokan minim dari Rusia menjadi penyebab. Meskipun pemerintah Benua Biru ini telah mengambil langkah-langkah dukungan, namun tingginya biaya hidup yang dirasakan warga Eropa masih terus berlanjut.
Ini pun berlanjut juga di Prancis. Lalu bagaimana kronologinya?
Inflasi Prancis Jadi Akar Masalahnya?
Sejatinya, inflasi di Prancis tidak setinggi negara-negara Eropa lainnya yang telah menyentuh dua digit. Tetapi tetap saja membebani warganya.
Pada September 2022 inflasi tahunan Prancis 'hanya' 5,7% (year-on-year/yoy), turun dari bulan sebelumnya sebesar 5,9% (yoy). Inflasi tersebut masih belum jauh dari level tertinggi sejak Juli 1985, yang dicapai pada Juli lalu sebesar 6,1%.
Adapun, kenaikan harga energi juga melandai dari 22,7% menjadi 17,8%. Begitu juga dengan jasa yang kenaikannya melandai dari 3,9% menjadi 3,2%.
Sementara itu, secara bulanan (month-to-month/mtm) terjadi deflasi sebesar 0,5%, berbalik dari inflasi 0,5% (mtm) pada Agustus 2022. Deflasi itu pun lebih besar dari ekspektasi para ekonom yang memproyeksikan deflasi 0,1%.
Lalu apa masalahnya?
Menteri Keuangan Prancis Bruno Le Maire memang sempat menegaskan bahwa pengendalian inflasi adalah prioritas utama untuk anggaran 2023. Ini diwujudkan dengan menganggarkan 45 miliar euro tahun depan untuk membatasi kenaikan harga gas dan listrik sebesar 15%.
Namun ada yang luput. Ini soal pengendalian harga bahan bakar pangan, dan sektor lainnya.
Inilah akar yang menyebabkan terjadinya pemogokan dan demonstrasi besar-besaran dengan teriakan "inflasi" di Prancis. Perlu diketahui pula, demo besar-besaran selain pegawai kilang minyak, juga sedang terjadi di Prancis sejak Selasa kemarin, melibatkan pekerja dari transportasi, hingga kesehatan.
Halaman 2>>
Tingginya inflasi menyebabkan protes warga di Prancis. Ini diawali dengan serikat pekerja kilang minyak menuntut upah yang lebih tinggi.
Mereka pun menggelar aksi pemogokan nasional. Ini dimulai oleh pekerja kilang minyak dan depot yang dioperasikan oleh raksasa energi yaitu Total Energies.
Mereka juga memilih untuk memperpanjang pemogokan. Blokade dalam demo tersebut telah mengganggu distribusi bahan bakar di seluruh negeri, terutama di utara dan tengah Prancis dan di wilayah Paris.
Situasi ini memang mengkhawatirkan bagi Prancis. Serikat pekerja kilang minyak CGT telah menyerukan pemogokan lanjutan ke minggu keempat di Total Energies.
Meski perusahaan telah mencapai kesepakatan termasuk kenaikan 7% dan bonus, CGT menuntut kenaikan gaji 10%. Alasannya inflasi dan keuntungan besar perusahaan.
Inflasi yang meninggi memperkuat protes kilang minyak yang kini mengosongkan pompa bensin sehingga membuat pasokan BBM berantakan. Pemogokan pekerja kilang minyak ini "sukses" membuat 30% SPBU di Prancis kesulitan untuk melayani BBM warga.
Akibatnya, antrean mengular di mana-mana. Bahkan ketika sudah mengantri panjang, pembelian BBM terpaksa dijatah perkendaraan maksimal 30 liter per mobil.
Penjatahan ini ternyata masih mending dibanding pekan lalu yang jatahnya hanya 5 liter. Kelangkaan BBM ini ternyata sudah terdasi sejak 2 minggu lalu.
Tak hanya antrean panjang, SPBU di Prancis juga dijaga ketat oleh tentara untuk menghindari adanya potensi kerusuhan. Dampak dari kondisi ini juga panjang.
Tindakan kriminal mulai bermunculan, di beberapa tempat muncul pencurian BBM dari mobil yang parkir di luar. Ini menunjukkan betapa sulitnya warga Prancis mendapatkan BBM.
Tak sampai di sini, mogok massal nyatanya diikuti juga dari sejumlah pekerja dari beragam profesi sejak Selasa. Hal yang dituntut pastinya masih sama upah yang tinggi sebagai tanggapan melonjaknya inflasi.
Dari catatan Kementerian Dalam Negeri Prancis, setidaknya ada sekitar 140.000 orang turun ke jalan. Beberapa serikat pekerja disebut sudah mengonfirmasi akan ikut dalam pemogokan. Di antaranya transportasi jalan, kereta api, dan sektor publik.
Selain berdemo soal inflasi, mereka mengkritik kebijakan pemerintah soal energi, barang-barang penting dan sewa, serta pajak yang lebih besar dari keuntungan tak terduga oleh perusahaan. Di kesempatan yang sama, mereka juga menyerukan investasi besar-besaran melawan krisis iklim.
Runtutan kejadian memperpanjang masalah. Aksi ini pada akhirnya mempengaruhi sektor publik seperti sekolah dan transportasi.
Operator kereta Eurostar mengatakan pihaknya membatalkan beberapa kereta api antara London dan Paris karena pemogokan tersebut. Operator kereta api umum Prancis SNCF mengatakan bahwa lalu lintas pada koneksi lokal turun 50% tetapi tidak ada gangguan besar pada jalur nasional.
Selain itu, seorang perwakilan dari serikat FNME-CGT mengatakan pemogokan juga telah mempengaruhi pekerjaan di pembangkit listrik tenaga nuklir. Termasuk pabrik Penly.
Dampak pada sektor pendidikan juga ada. Data Departemen Pendidikan menunjukkan bahwa kurang dari 10% guru sekolah menengah mogok dengan jumlah yang lebih rendah di sekolah dasar.
Seruan pemogokan diamati di sekolah-sekolah kejuruan. Di mana para guru juga memprotes tingginya inflasi di Prancis.
Untuk memulihkan situasi ini setidaknya perlu waktu dua minggu, sebab harus menggunakan kekuatan permintaan untuk memaksa pekerja kembali ke pos untuk mengurangi kekurangan bahan bakar. Apalagi proses produksi BBM tidak segampang itu.
Ini karena produksi kilang minyak setidaknya terbagi menjadi tiga bagian. Yaitu:
Proses pertama yakni Separasi yakni proses pemanasan minyak tanah dengan suhu ekstrim. Proses separasi ini biasanya menggunakan metode distilasi, yakni pemisahan bahan kimia berdasarkan perbedaan kecepatan atau kemudahan penguapan bahan.
Proses kedua yakni konversi yang merupakan tahapan setelah proses distilasi usai. Dalam tahap ini fraksi (dari titik didih sedang hingga tinggi) diproses lebih lanjut untuk dijadikan produk lebih ringan serta bernilai lebih tinggi.
Proses terakhir, ada proses Treatment yang merupakan sentuhan terakhir pada proses pengilangan minyak. Tahapan ini berfungsi untuk memurnikan dan menjernihkan bahan bakar minyak yang sudah jadi dengan cara menghilangkan atau mengeliminasi bahan pengotornya.
Oleh sebab itu, membutuhkan waktu lama untuk memulihkan keadaan. Sekali lagi, persoalan tingginya inflasi dan kelangkaan bahan bakar bukan persoalan main-main karena menyangkut hajat hidup orang banyak.
RI Waspada?
Belajar dari kejadian Prancis ini, Indonesia patut waspada juga. Sebab, inflasi di Prancis tak setinggi itu namun memicu protes yang berkepanjangan hingga memunculkan persoalan baru.
Persoalan kenaikan BBM Bersubsidi dalam negeri memunculkan inflasi hingga menggerus pertumbuhan ekonomi dalam negeri. Apalagi, BBM jelas berkaitan dengan sektor transportasi yang bisa beimbas pada kenaikan harga komoditas bahan pangan pokok di Indonesia.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengaku masih menemukan ada beberapa daerah di Indonesia yang mencetak laju inflasi yang cukup tinggi. Jokowi tak ingin hal ini terus berulang.
Jokowi juga menekankan bahwa persoalan inflasi saat ini menjadi 'momok' yang dikhawatirkan semua negara. Jokowi tak ingin mendengar jajarannya masih bekerja normal di tengah situasi dunia yang makin tidak pasti.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aum/sef) Next Article Prancis Panas! Ribuan Warga Mogok & Demo Macron, Kenapa?
