Internasional

Malapetaka Ancam Prancis, Tak Cuma "Kiamat" BBM Tapi Listrik

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
Rabu, 19/10/2022 09:00 WIB
Foto: Sejumlah demonstran dari New Ecologic and Social People's Union (NUPES), sebuah koalisi partai kiri dan hijau melakukan aksi menentang melonjaknya inflasi di Paris, Prancis , Minggu (16/10/2022). Selain berdemo soal inflasi, mereka mengkritik kebijakan pemerintah soal energi, barang-barang penting dan sewa, serta pajak yang lebih besar dari keuntungan tak terduga oleh perusahaan. Di kesempatan yang sama, mereka juga menyerukan investasi besar-besaran melawan krisis iklim. (REUTERS/Stephane Mahe)

Jakarta, CNBC Indonesia - Ancaman "malapetaka" sepertinya sampai ke Prancis. Bukan hanya ancaman kelangkaan bahan bakar yang kini terjadi di seluruh negeri akibat pemogokan pekerja kilang minyak, negara itu juga khawatir kekurangan listrik.

Hal ini akibat mogok massal yang dilakukan sejumlah pekerja dari beragam profesi Selasa. Mereka menuntut upah yang lebih tinggi sebagai tanggapan atas melonjaknya inflasi.

Dari catatan Kementerian Dalam Negeri Prancis, setidaknya ada 107.000 orang ambit bagian dalam demonstrasi. Termasuk 13.000 di Paris.


Peserta mogok juga diketahui berasal dari pekerja di sektor pembangkit listrik tenaga nuklir. Ini diyakini akan menghambat upaya menghidupkan reaktor yang saat ini tengah dalam pemeliharaan.

Apalagi jika mogok berlarut seperti pekerja kilang minyak. "Setiap perluasan gerakan sosial di pembangkit listrik tenaga nuklir akan memiliki konsekuensi serius pada penyediaan listrik musim dingin ini," tegas operator jaringan listrik RTE memperingatkan, dikutip AFP, Rabu (19/10/2022).

Prancis bergantung pada energi nuklir untuk listriknya sekitar 67%. Ini lebih dari negara lain mana pun

Sementara gas hanya dipakai sekitar 7%. Saat ini, 32 dari 56 reaktor nuklir Prancis, ditutup untuk perawatan biasa dan, dalam beberapa kasus, perbaikan karena masalah korosi.

Sebelumnya dengan pemogokan pekerja kilang minyak yang belum terselesaikan saja, sekitar 30% SPBU di Prancis kini kesulitan melayani BBM warga. Antrean mengular di mana-mana.

Presiden Emmanuel Macron mengatakan krisis bahan bakar sudah terjadi. Ia menginginkan solusi secepat mungkin.

"Saya mendukung sesama warga kami yang berjuang dan yang muak dengan situasi ini," tegasnya awal pekan.

Hal sama juga diakui WNI di Prancis. Rina, WNI yang tinggal di Kota Toulouse, Prancis, mengaku kelangkaan BBM sudah terjadi sejak 2 minggu lalu.

Menurutnya, SPBU Total masih menutup layanannya di sana. Padahal, perusahaan tersebut menjadi salah satu yang terbanyak di Prancis.

Alhasil, antrean panjang terjadi di SPBU lainnya. Bahkan, pembelian BBM terpaksa dijatah per kendaraan.

"Orang-orang di Prancis bingung karena jaringan Total banyak di sini. Setelah tutup, semuanya antre di SPBU lain, itu juga dijatah maksimal 30 liter per mobil. Minggu lalu jatahnya cuma 5 liter," katanya kepada CNBC Indonesia.

Tak hanya terjadi antrean panjang, Rina mengungkapkan SPBU di Prancis dijaga oleh tentara untuk menghindari potensi kerusuhan.

Selain itu, tindakan kriminal akibat kelangkaan BBM pun mulai bermunculan. Menurut Rina, di beberapa tempat mulai ada pencurian BBM dari mobil yang diparkir di luar.

"Sekarang sebisa mungkin gak parkir mobil di luar. Memang separah itu," tuturnya.


(sef/sef)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Harga Emas Antam Naik Tinggi - Daftar Negara Terancam Krisis