Ini Harapan Satu-satunya RI Jika (Amit-amit) Resesi Datang

Tim Redaksi, CNBC Indonesia
Rabu, 19/10/2022 08:35 WIB
Foto: Menteri Keuangan periode 2013-2014, Chatib Basri. (CNBC Indonesia/Efrem Siregar)

Jakarta, CNBC Indonesia - Topik terkait dengan resesi menjadi pembicaraan global, mengingat tanda-tanda ke datangannya semakin kuat.

Pelambatan pertumbuhan ekonomi global sudah tidak terelakkan lagi. Kondisi ini, suka tidak suka, akan berdampak ke Indonesia. Negara ini sudah mulai kena getahnya.


Inflasi merangkak naik, kenaikan suku bunga dan gejolak nilai tukar mewarnai ekonomi Indonesia yang baru pulih.

Dalam kondisi ini, apa yang bisa menjadi kekuatan Indonesia?

Menteri Keuangan tahun 2013-2014 M. Chatib Basri mengungkapkan kenaikan suku bunga dan efek neraca dari nilai tukar yang anjlok berisiko memicu kontraksi di sektor swasta dan investasi.

Alhasil, Indonesia tidak bisa berharap banyak pada sektor swasta dan investasi. Indonesia juga tidak bisa terpaku pada belanja pemerintah.

"Saya tidak melihat ruang cukup untuk kebijakan fiskal," ujar Chatib dalam SOE International Conference: Investor Day.

Pasalnya, pemerintah harus menurunkan defisit anggarannya kembali ke 3% tahun depan.

"Jadi harapan satu-satunya adalah konsumsi masyarakat. Jika konsumsi bisa berjalan yang menyumbang 50% dari PDB Indonesia, maka kita bisa menjaga pertumbuhan yang relatif kuat ini," tegas Chatib.

Dia memperkirakan Indonesia mungkin tidak bisa tumbuh 5% tahun depan, tetapi lebih di sekitar 4%.

Chatib mengingatkan konsumsi juga mengalami tekanan. Pola di dalam konsumsi cukup jelas, jika harga naik, masyarakat akan memangkas konsumsinya.

"Jika semua berbicara soal kemungkinan resesi, mereka akan mulai berpikir untuk menyimpan uang," ujarnya.

Ketika konsumsi turun, ekonomi pasti melambat. Kondisi ini, kata Chatib, dikenal sebagai paradox of thrift. Ini adalah paradoks ekonomi yang terjadi ketika tabungan naik dan permintaan agregat turun sehingga terjadi penurunan output.

Yang menarik, menurutnya, pola pikir 'hemat pangkal kaya' masih tertanam di masyarakat. Padahal, untuk membantu ekonomi di saat ini, adalah dengan melakukan belanja.

"Apa yang Anda butuhkan adalah mendorong masyarakat untuk belanja untuk menjaga kegiatan ekonomi."

Menurut Chatib, langkah ini bisa dilakukan dengan bantuan langsung tunai (BLT) bagi masyarakat berpenghasilan rendah.

"Saya sering menyampaikan ini, saya pikir ini penting untuk menjaga optimisme," katanya.

Chatib yakin dirinya tidak melihat kemungkinan resesi bagi Indonesia.

"Kemungkinan resesi sangat kecil bagi Indonesia. Resesi berarti pertumbuhan negatif. Saya tidak melihat Indonesia mengalami pertumbuhan negatif," pungkasnya.


(haa/haa)
Saksikan video di bawah ini:

Video: OECD Pangkas Proyeksi Ekonomi RI - Australia Terancam Resesi