Chatib Basri: AS & China Tak Resesi di 2024, Tapi Salah Satunya Lesu

Rosseno Aji Nugroho, CNBC Indonesia
29 January 2024 14:50
Ekonom Senior, M. Chatib Basri dalam Seminar Nasional Outlook Perekonomian Indonesia 2024 dengan tema
Foto: Ekonom Senior, M. Chatib Basri dalam Seminar Nasional Outlook Perekonomian Indonesia 2024 dengan tema "Optimisme Penguatan Ekonomi Nasional di Tengah Dinamika Global" di Hotel The St. Regis pada Jumat (22/12/2023). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Keuangan di era Presiden SBY M. Chatib Basri memperkirakan Amerika Serikat (AS) dan China tidak akan mengalami resesi pada tahun ini. Namun, pertumbuhan ekonomi China patut diwaspadai.

Chatib mengungkapkan probabilitas ekonomi AS untuk resesi sangat kecil. Pasalnya, pertumbuhan ekonominya akan lebih baik, seperti yang disampaikan oleh Menteri Keuangan Janet Yellen beberapa waktu lalu.

"Saya setuju dengan itu, probabilitas resesi kecil di AS," tegasnya ditemui selepas acara IIF's Anniversary Dialogue, Senin (29/1/2024).

Sementara itu, dia mengingatkan bahwa China tidak akan terjun ke jurang resesi, namun Negeri Panda ini akan mengalami perlambatan ekonomi pada tahun ini.

"China gak akan tumbuh negatif. Tahun ini, dia mungkin bisa tumbuh 4,5%," terang Chatib.

Minggu lalu, Janet Yellen mengungkapkan dirinya tidak melihat potensi resesi tahun ini, seiring dengan optimisme konsumen terhadap keuangan mereka. Amerika Serikat (AS) akan menghadapi Pemilu pada tahun ini.

"Saya pikir 2024 akan menjadi tahun ekonomi yang sangat baik. Meski begitu, selalu ada risiko," kata Yellen dikutip dari wawancara beresama ABC News, kamis (25/1/2024).

Menurut Yellen, konsumen dan rumah tangga merasa cukup percaya diri dengan situasi keuangan pribadi mereka dan prospek ekonomi untuk membelanjakan uang dengan cara yang menciptakan lapangan kerja, menciptakan pertumbuhan dan memberi mereka pendapatan untuk terus melakukan hal tersebut.

Sementara itu, pertumbuhan ekonomi China tercatat hanya sebesar 5,2% (year on year/yoy) pada kuartal IV-2023 menurut Biro Statistik Nasional. Secara nominal, Produk Domestik Bruto (PDB) China berada di angka CNY 126 triliun atau sekitar Rp276 ribu triliun.

Angka ini muncul seiring PDB kuartal keempat yang sedikit di bawah ekspektasi. PDB selama tiga bulan terakhir tahun 2023 naik hanya 5,2%.

Angka tersebut di bawah perkiraan jajak pendapat Reuters di level 5,3%. Penjualan ritel hanya tumbuh sebesar 7,4% pada bulan Desember dibandingkan tahun lalu yang meleset dari ekspektasi pertumbuhan sebesar 8%.

Lebih lanjut, tingkat kepercayaan saat ini merupakan yang terendah yang pernah terjadi. Konsumen benar-benar menunggu diskon. Alhasil, deflasi atau penurunan harga barang pun terjadi.

indeks harga konsumen (CPI) China tercatat berada di zona negatif 0,3% yoy pada Desember 2023 menandai penurunan bulan ketiga berturut-turut yang merupakan penurunan terpanjang sejak bulan Oktober 2009.

Presiden dan Kepala Ekonom di Pinpoint Asset Management, Zhiwei Zhang mengatakan bahwa data makro tahun 2023 menunjukkan perekonomian China sedang melalui transisi ke model pertumbuhan baru.

"Dengan menurunnya investasi di sektor properti, perekonomian lebih bergantung pada sektor manufaktur dan sektor jasa," ujarnya. "Transisi ini akan membutuhkan waktu untuk diselesaikan. Pertanyaan kuncinya di pasar adalah kapan transisi di sektor properti akan selesai," ujar Zhiwei.


(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Video: Sempat Memanas, China-AS Kembali Pereerat Kerja Sama

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular