Ramalan Bahlil Soal 'Ekonomi Gelap' Lebih Cepat Ketimbang IMF
Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia rupanya lebih dulu menyebut bahwa ekonomi dunia diprediksi bakal penuh ketidakpastian dan gelap gulita. Hal tersebut lalu diikuti dengan pernyataan yang sama dari Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) mengenai kondisi ekonomi global ke depan.
Staf Khusus & Juru Bicara Kementerian Investasi/BKPM Tina Talisa membeberkan Bahlil sebelumnya menyebut bahwa ekonomi global diprediksi akan gelap. Kemudian selang beberapa hari, IMF juga menyatakan hal yang sama seperti apa yang dikatakan Bahlil.
"Pak Bahlil menyampaikan ekonomi dunia ke depan penuh ketidakpastian gelap. Eh selang beberapa hari IMF sampaikan hal yang sama. Kami sampai kaget Pak Bahlil duluan nih," kata Tina dalam diskusi secara virtual, Kamis (13/10/2022).
Ramalan Bahlil tersebut, kata Tina terjadi lantaran kondisi geopolitik masih memanas. Apalagi di tengah kondisi pandemi Covid-19 yang masih belum tahu kapan berakhir.
Dengan begitu, ekonomi global menjadi tak menentu lantaran adanya perang dagang antara China dan Amerika Serikat, pandemi covid-19 serta krisis energi imbas perang yang berkecamuk antara Rusia dan Ukraina.
"IMF bilang Indonesia adalah titik terang diantara kegelapgulitaan tetapi salah satu yang mendorong ini adalah investasi. Apalah pemerintah tanpa swasta," katanya.
Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF), Kristalina Georgieva sebelumnya mengatakan pada pekan depan akan menurunkan proyeksi untuk pertumbuhan ekonomi global untuk 2023. Menurutnya, risiko resesi dan ketidakstabilan keuangan terus meningkat.
Georgieva mengatakan prospek ekonomi global 'gelap' mengingat guncangan yang disebabkan oleh pandemi Covid-19, serangan Rusia ke Ukraina, dan bencana iklim di semua benua. Hal itu bisa menjadi lebih buruk.
"Kami mengalami perubahan mendasar dalam ekonomi global, dari dunia yang relatif mudah diprediksi ... ke dunia dengan lebih banyak kerapuhan - ketidakpastian yang lebih besar, volatilitas ekonomi yang lebih tinggi, konfrontasi geopolitik, dan bencana alam yang lebih sering dan menghancurkan," katanya dalam pidato di Universitas Georgetown, Kamis (6/10/2022), dikutip Reuters.
Georgieva mengatakan tatanan lama, yang ditandai dengan kepatuhan pada aturan global, suku bunga rendah dan inflasi rendah, memberi jalan kepada tatanan di mana "negara mana pun dapat terlempar keluar jalur dengan lebih mudah dan lebih sering."
Dia menyebut semua ekonomi terbesar di dunia - Eropa, China, dan Amerika Serikat - sekarang melambat, yang mengurangi permintaan ekspor dari negara-negara berkembang, yang sudah terpukul keras oleh harga pangan dan energi yang tinggi
Alhasil, IMF akan menurunkan perkiraan pertumbuhan 2023 dari 2,9%, revisi penurunan keempat tahun ini, ketika merilis World Economic Outlook minggu depan. Pemberi pinjaman global itu akan membiarkan perkiraan saat ini untuk pertumbuhan 3,2% pada 2022 tidak berubah, namun tidak memberikan angka perkiraan baru untuk 2023.
Perang di Ukraina dan risiko ekonomi global akan mendominasi pertemuan tahunan IMF dan Bank Dunia minggu depan di Washington, yang mempertemukan para menteri keuangan dan gubernur bank sentral dari seluruh dunia.
IMF memperkirakan bahwa negara-negara yang menyumbang sekitar sepertiga dari ekonomi dunia akan mengalami kontraksi setidaknya dua kuartal berturut-turut tahun ini atau tahun depan.
(pgr/pgr)