Praktik ESG, Cara Pertahankan Eksistensi Industri Batu Bara

Eqqi Syahputra, CNBC Indonesia
12 October 2022 12:03
Breaking: Naik 5%, Batu Bara Tertinggi Sepanjang Sejarah!
Foto: Infografis/Breaking: Naik 5%, Batu Bara Tertinggi Sepanjang Sejarah!/Aristya rahadian

Jakarta, CNBC Indonesia - Batu bara menjadi salah satu komoditas andalan untuk memenuhi kebutuhan energi global. Seiring pemulihan ekonomi setelah 2 tahun dihantam pandemi, industri manufaktur yang sempat terhenti kini menggeliat lagi dan menjadi tanda kebangkitan perekonomian.

Syaratnya, pasokan energi harus tercukupi. Hal ini membuat permintaan batu bara pun melonjak tajam, karena masih menjadi salah satu alternatif energi 'siap pakai' dan murah.

Meski demikian, penggunaan batu bara pun menjadi sorotan terkait lingkungan, terutama pada lahan bekas tambang dan emisinya. Bahkan sebelum pandemi, industri batu bara sering dibilang sunset industry dan akan tergantikan energi baru terbarukan.

Hal ini pun membuat industri batu bara ramai-ramai melakukan diversifikasi melalui hilirisasi. Selain itu, dalam operasionalnya perusahaan batu bara harus menerapkan prinsip ESG (Environmental, Social and Governance).

Hilirisasi dan diversifikasi bisa dilakukan dengan melalui gasifikasi batu bara, membuat PLTU mulut tambang, ada pula yang melirik mineral lainnya. Sementara prinsip ESG dapat meminimalkan dampak kerusakan lingkungan, sekaligus menciptakan ekonomi sirkular yang secara langsung bermanfaat bagi masyarakat.

Keduanya, baik hilirisasi maupun ESG dapat mendorong transformasi bisnis yang besar. Dengan begitu perusahaan batu bara pun akan memiliki bisnis yang tidak hanya fokus di emas hitam ini, konsep 'beyond coal' pun bisa menjadi salah satu strategi.

Direktur Eksekutif Energy Watch, Mamit Setiawan mengatakan langkah ESG hingga upaya hilirisasi yang dilakukan perusahaan batu bara saat ini sudah tepat. Pasalnya, secara global pun banyak negara yang sudah mulai menuju ke arah energi yang lebih bersih atau energi terbarukan.

"Perusahaan batu bara mau tidak mau dipaksa untuk mengikuti trend dan perkembangan zaman. Apalagi batu bara dianggap sebagai energi fosil yang paling kotor. Dengan demikian, di tengah momentum harga batu bara yang sedang tinggi ini maka mereka harus bisa membagi keuntungan mereka untuk bergerak ke arah energi yang lebih bersih," ujar Mamit saat dihubungi CNBC Indonesia, Selasa (4/10/2022).

Dia menambahkan, konsep lebih dari sekedar batu bara akan membuat perusahaan batu bara akan tetap eksis, apalagi dengan adanya pergeseran kebutuhan batu bara. Selain itu, Mamit mengungkapkan, diversifikasi dan hilirisasi yang dilakukan juga berdampak positif pada penerimaan negara dan masyarakat melalui nilai tambah yang tercipta.

Untuk masyarakat, lapangan pekerjaan akan tetap terbuka lebar dari sektor industri batu bara meskipun jumlahnya tidak sebesar saat aktif ada penambangan. Sedangkan untuk negara, pemerintah bisa mendapatkan pendapatan negara dari hilirisasi, melalui pajak, pendapatan bukan pajak, hingga ekspor.

"Program ini bisa meningkatkan nilai tambah dan optimalisasi sumber daya batu bara kita. Meskipun nanti negara lain sudah tidak menggunakan batu bara lagi. Hilirisasi ini akan membantu pemerintah juga dalam rangka mengurangi energi fosil lain yang diimpor seperti LPG dengan program DME," jelasnya.

Dia menegaskan, dari semua hal tersebut, ESG memegang peran penting untuk keberlanjutan bisnis batu bara. Menurut dia saat ini perusahaan batu bara di tanah air telah menerapkan prinsip ESG secara baik.

Pelaku usaha pertambangan memang sudah mutlak untuk menerapkan kaidah yang merupakan bagian dari upaya penerapan ESG, yakni teknik pertambangan yang baik atau disebut good mining practices, sebagaimana telah diamanatkan dalam Peraturan perundangan yang mengatur tentang Penerapan Kaidah Teknik Pertambangan yang Baik.

Dengan good mining practices, kinerja perusahaan dapat dicapai dengan cara ramah lingkungan, baik dari operasional hingga hasil produknya. Apalagi saat ini, jika hendak mendapatkan pendanaan dari lembaga pembiayaan, maka ESG bisa menjadi salah satu syarat dan pendukung.

Perusahaan yang menerapkan prinsip ESG dalam praktik bisnis dan investasinya pun akan turut memberikan dampak positif bukan hanya pada kinerja perusahaan, namun juga pada masyarakat dan lingkungan.

Prinsip ESG yang memasukkan unsur good mining practices ini dapat meliputi bagaimana perusahaan batu bara memandang rencana pasca tambang menjadi hal yang serius, hingga bagaimana industri tambang bisa memberikan nilai tambah bagi masyarakat sekitar sehingga bisa meningkatkan perekonomian mereka.

"Sangat penting bagi perusahaan tambang memperhatikan pola-pola transparansi dan keterbukaan terhadap publik atas kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan," tambah Mamit.

Lebih lanjut, dia pun mengungkapkan bahwa dengan penerapan hilirisasi, diversifikasi, ESG, energi fosil masih belum menjadi sunset industry. Untuk itu, dia menyarankan semua pihak harus mengoptimalisasi sumber daya alam yang dimiliki sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.

"Ini karena EBT saya kira belum mampu menciptakan multiplier effect yang sebesar energi fosil untuk saat ini," tutup Mamit.

 


(rah/rah)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Banjir Kritikan, Energi Terbarukan Benar Lebih Mahal? Simak!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular