Sambut Hilirisasi, Freeport Ungkap Cadangan Mineral di Papua

Khoirul Anam, CNBC Indonesia
Selasa, 11/10/2022 11:50 WIB
Foto: Chairman of the Board and Chief Executive Officer Freeport-McMoran, Richard C. Adkerson di hari kedua acara Orasi Ilmiah Transformasi Ekonomi Melalui Hilirisasi dengan Kearifan Lokal yang di selenggarakan oleh Kementerian Investasi/BKPM dan PT Freeport Indonesia di Universitas UI Depok dan ITB Bandung, Jawa Barat. (CNBC Indonesia TV)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kekayaan sumber daya alam Indonesia telah diakui dunia lewat berbagai kandungan mineral berharga. Untuk menggarap kekayaan alam tersebut, hilirisasi menjadi ambisi pemerintah agar nilai tambah produk bisa meningkat.

PT Freeport Indonesia (PTFI) merupakan salah satu perusahaan tambang yang menjadi pioner dalam hilirisasi produk pertambangan. Smelter PTFI yang dibangun sejak 1996 telah menunjukkan keseriusan perusahaan dalam hilirisasi produk dari hasil tambang.

Chairman of The Board & CEO Freeport-McMoRan Richard C. Adkerson mengatakan tambang PTFI yang berada di Tembagapura Papua masih menyimpan banyak cadangan mineral. Bahkan, mineral tersebut masih bisa diolah atau diproses lebih dari tahun 2041.


"Kami percaya sumber daya yang ada (di Tembagapura) bisa melebihi 2041. Kami pun harus mengidentifikasi sumber daya tersebut lewat eksplorasi dan analisis. Kami pun tengah melakukan pembicaraan dengan pemerintah sehingga kami bisa mengambil kesempatan tersebut untuk stakeholders dalam proyek jangka panjang ini," tutur Adkerson dalam orasi ilmiah di Universitas Hasanuddin, Makassar, belum lama ini.

Diketahui tambang milik PTFI yang berlokasi di Tembagapura masih belum sepenuhnya dilakukan eksplorasi. PTFI mencatat cadangan yang ada saat ini bisa ditambang hingga 2052.

Adapun sumber daya yang tersimpan sebanyak 3 miliar ton sumber daya yang potensial untuk dikembangkan. Berkat cadangan ini, potensi pendapatan bagi pemerintah bisa mencapai US$ 80 miliar hingga 2041.

PTFI pun sudah berencana menambah investasi hingga 2041. Investasi yang digelontorkan sebesar US$ 18,6 miliar, termasuk pembangunan smelter kedua di Gresik, Jawa Timur.

"Dalam 20 tahun ke depan kita berencana menggelontorkan hampir US$ 20 miliar, yang mana US$ 3 miliar untuk pembangunan smelter di Gresik," tukas Adkerson.

Seperti diketahui PTFI tengah membangun smelter kedua yang berlokasi di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), Gresik, Jawa Timur. Saat beroperasi nanti, smelter ini akan mengolah 1,7 juta ton konsentrat tembaga yang akan menghasilkan sekitar 500 ribu ton katoda tembaga.

Selain itu, dari smelter ini juga akan menghasilkan 35-50 ton emas dan 100 hingga 150 ton perak per tahun. Dengan pembangunan smelter kedua tersebut, diharapkan produksi katoda bisa terus ditingkatkan dan bisa digunakan oleh industri hilir.

Presiden Direktur PTFI Tony Wenas menyebut PTFI mampu memproses pengolahan bijih tembaga menjadi konsentrat tembaga dengan nilai tambah mencapai 95%. Kemudian dengan hilirisasi, nilai tambah katoda tembaga akan menjadi 100%.

"Yang terpenting adalah lanjutan daripada katoda tembaga. Pabrik mobil listrik, kemudian pabrik baterai mobil listrik, dan juga renewable energi membutuhkan tembaga banyak sekali itu bisa lebih tumbuh di Indonesia. Dan dengan itu Indonesia bisa lebih meroket pertumbuhan ekonominya," tegas Tony.


(dpu/dpu)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Migas & Tambang Bikin Kejutan, Penerimaan Rp138,8 T di H1-2025