Resesi AS Makin Kentara, Bitcoin Cs Kembali Merana

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga mayoritas kripto cenderung melemah pada perdagangan Selasa (11/10/2022), karena investor mulai mempertimbangkan dampak dari pengetatan kebijakan moneter dan ketidakpastian ekonomi global.
Melansir data dari CoinMarketCap pada pukul 09:00 WIB, Bitcoin merosot 2,47% ke posisi harga US$ 19.028,34/koin atau setara dengan Rp 292.085.019/koin (asumsi kurs Rp 15.350/US$). Sedangkan untuk Ethereum ambles 4,16% ke posisi US$ 1.276,97/koin atau Rp 19.601.490/koin.
Sementara untuk koin digital (token) alternatif (altcoin) XRP ambruk lebih dari 4% pada hari ini, yakni ambruk 7,17% ke US$ 0,4957/koin (Rp 7.609/koin).
Berikut pergerakan 10 kripto utama pada hari ini.
Cryptocurrency | Dalam Dolar AS | Dalam Rupiah | Perubahan Harian (%) | Perubahan 7 Hari (%) | Kapitalisasi Pasar (US$ Miliar) |
Bitcoin (BTC) | 19.028,34 | 292.085.019 | -2,47% | -2,56% | 365,37 |
Ethereum (ETH) | 1.276,97 | 19.601.490 | -4,16% | -3,35% | 157,05 |
Tether (USDT) | 1,00 | 15.350 | -0,01% | -0,01% | 68,42 |
USD Coin (USDC) | 1,00 | 15.350 | 0,00% | 0,01% | 46,00 |
BNB | 269,08 | 4.130.378 | -3,55% | -6,18% | 43,48 |
XRP | 0,4957 | 7.609 | -7,17% | 8,62% | 24,87 |
Binance USD (BUSD) | 1,00 | 15.350 | -0,01% | -0,02% | 21,63 |
Cardano (ADA) | 0,3931 | 6.034 | -7,45% | -7,77% | 13,54 |
Solana (SOL) | 31,53 | 483.986 | -4,95% | -4,09% | 11,31 |
Dogecoin | 0,05867 | 901 | -6,07% | -2,31% | 7,80 |
Sumber: CoinMarketCap
Bitcoin, Ethereum, dan kripto lainnya kembali diperdagangkan lebih rendah pada hari ini, karena investor menunggu data inflasi Amerika Serikat (AS) yang akan dirilis pada Kamis waktu setempat, sehingga mereka cenderung memasang sikap wait and see.
Selain itu, potensi resesi AS yang semakin besar membuat investor kembali selektif untuk berinvestasi, termasuk di pasar kripto di mana mereka tak lagi seagresif pada tahun lalu.
Sejumlah lembaga terus mengingatkan ancaman resesi di AS. Terakhir, adalah CEO JPMorgan, Jamie Dimon. Dia memperkirakan AS akan jatuh ke jurang resesi dalam 6-9 bulan ke depan atau pada 2023. AS tidak hanya mengalami perlambatan ekonomi ringan tetapi mengarah ke kondisi yang serius.
Dimon menjelaskan lonjakan inflasi, dampak perang Rusia-Ukraina, serta tren kenaikan suku bunga akan memicu inflasi dalam skala yang luas.
"(Faktor-faktor) ini sangat..sangat... sangat serius karena bisa menekan ekonomi dunia dan AS. Eropa akan resesi dan itu akan menekan AS ke dalam resesi dalam 6-9 bulan ke depan dari sekarang," tutur Dimon, kepada CNBC International.
Hal ini juga menjadi penyebab bursa saham AS kembali lesu, meski sudah memasuki periode kuartal IV-2022 atau Oktober 2022.
Ambruknya bursa AS sejak Rabu pekan lalu juga mulai mengikis kepercayaan bahwa bulan Oktober sebagai bulan "bear killer".
Dalam sejarah bursa AS, bulan September identik dengan periode brutal karena bursa kerap tumbang pada bulan kesembilan. Pasar akan ada dalam kondisi "bearish" atau melemah pada bulan tersebut.
Bursa biasanya akan bangkit pada Oktober. Pasar keuangan di AS bahkan pada umumnya tampil impresif pada bulan ke-10 di tahun-tahun diselenggarakannya pemilu jeda AS atau midterm election. AS sendiri akan menggelar midterm election pada 8 November mendatang.
Namun, banyak analis mengingatkan jika fenomena Oktober sebagai "bear killer" tidak boleh ditelan mentah-mentah. Periode 2008 menjadi pengalaman yang perlu diperhatikan apalagi kondisi tahun ini juga sangat berbeda dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
"Bursa saham pasti memiliki tahun-tahun yang sulit dan kita tidak boleh menggampangkan tahun tersebut. Ada perubahan-perubahan dalam kondisi makro yang menekan perdagangan saham. Jujur saja, untuk tahun ini, sangat sulit memproyeksi kondisi dalam beberapa bulan ke depan," tutur Anthony Saglimbene, chief markets strategist dari Ameriprise Financial, seperti dikutip dari Market Watch.
Di lain sisi, pasar kripto juga terpengaruh dari koreksinya saham-saham teknologi di AS, setelah pemerintah AS pada akhir pekan lalu memutuskan akan membatasi ekspor beberapa jenis chip AS ke China, terutama yang digunakan dalam kecerdasan buatan dan superkomputer.
Pembatasan ekspor merupakan bagian dari upaya pemerintah AS untuk menghentikan China dari kemampuannya mengembangkan kemampuan semikonduktor buatan mereka sendiri.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
Inflasi & Resesi Kian Nyata, Tapi Bitcoin cs Malah Menghijau
(chd/chd)