Selamat Tinggal Rp 15.300/US$! Kurs Rupiah Makin Terpuruk

Market - Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
11 October 2022 09:17
Pekerja pusat penukaran mata uang asing menghitung uang Dollar AS di gerai penukaran mata uang asing Dolarindo di Melawai, Jakarta, Senin (4/7/2022). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki) Foto: Ilustrasi dolar Amerika Serikat (AS). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah kembali melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Selasa (11/10/2022), semakin menjauhi level Rp 15.300/US$. Belum ada perubahan faktor yang menekan rupiah, masih seputar bank sentral AS (The Fed) yang tetap agresif dalam menaikkan suku bunga.

Begitu perdagangan dibuka, rupiah langsung melemah 0,1% ke Rp 15.325/US$. Depresiasi bertambah menjadi 0,26% ke Rp 15.350/US$ pada pukul 9:13 WIB. Level tersebut merupakan yang terlemah sejak 29 April 2020.

The Fed masih akan terus menaikkan suku bunga meski pelambatan ekonomi yang berujung resesi akan terjadi.

CEO JPMorgan, Jamie Dimon, mengatakan Amerika Serikat bisa mengalami resesi dalam 6 bulan ke depan.

"Ini dalah sesuatu yang sangat, sangat serius, saya pikir akan membawa Amerika Serikat dan dunia - saya rasa Eropa sudah mengalami resesi - dan itu akna mendorong Amerika Serikat juga mengalami resesi dalam 6 sampai 9 bulan ke depan," kata Dimon, sebagaimana dilansir CNBC International, Senin (10/10/2022).

Dimon menambahkan, seberapa lama dan parah dampak resesi akan sulit diukur, sebab ada faktor perang Rusia-Ukraina yang membuat inflasi masih terus tinggi.

"Resesi bisa menjadi sangat ringan atau cukup berat, dan banyak hal tergantung dair perang saat ini. Jadi memperkirakannya akan sulit, bersiaplah," ujar Dimon.

Ketika perekonomian mengalami resesi, maka pemutusan hubungan kerja massal akan terjadi. Tetapi, hal itu tidak akan mengendurkan niat The Fed untuk terus menaikkan suku bunga, sebab stabilitas harga kini menjadi prioritas utama.

Hal tersebut diungkapkan Presiden The Fed wilayah Chicago, Charles Evans.

"Pada akhirnya, inflasi adalah hal yang paling penting untuk dikendalikan. Itu adalah tugas utama. Stabilitas harga bisa menjadi landasan pertumbuhan ekonomi yang lebih kuat di masa depan," kata Evans, sebagaimana dilansir CNBC International.

"Jika tingkat pengangguran naik itu disayangkan, jika kenaikannya besar maka akan menyulitkan. Tetapi stabilitas harga membuat masa depan lebih baik," tambahnya.

Kebijakan tersebut membuat indeks dolar AS terus melesat naik yang menekan rupiah. Selain itu, yield obligasi AS (Treasury) juga ikut menanjak, yang memicu capital outflow dari negara emerging market, termasuk Indonesia.

Tercatat capital outflow di pasar obligasi Indonesia sepanjang tahun ini lebih dari Rp 140 triliun, yang membuat rupiah kesulitan menguat.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

Jurus Perry Warjiyo & BI Jaga Rupiah Dari Amukan Dolar AS


(pap/pap)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading