Terdampak Longsor, Operasi Tambang Freeport Baru Pulih Awal Tahun 2026

Verda Nano Setiawan, CNBC Indonesia
26 September 2025 09:30
Tim penyelamat tambang bawah tanah PT Freeport Indonesia melakukan evakuasi karyawan terjebak luncuran material basah di Grasberg Block Cave. Pada Sabtu, 20 September 2025, tim penyelamat menemukan 2 (dua) pekerja yang terjebak dalam keadaan meninggal dunia. (Dok. Freeport)
Foto: Tim penyelamat tambang bawah tanah PT Freeport Indonesia melakukan evakuasi karyawan terjebak luncuran material basah di Grasberg Block Cave. Pada Sabtu, 20 September 2025, tim penyelamat menemukan 2 (dua) pekerja yang terjebak dalam keadaan meninggal dunia. (Dok. Freeport)

Jakarta, CNBC Indonesia - Freeport-McMoRan Inc. (FCX.N) memperkirakan operasional tambang bawah tanah Grasberg Block Cave (GBC) di Papua, Indonesia dapat pulih secara bertahap pada awal 2026. Terutama setelah insiden longsoran material basah yang telah menutup sebagian akses produksi.

Berdasarkan keterangan resmi perusahaan, insiden terjadi di blok produksi PB1C, salah satu dari lima blok utama di GBC. Namun di sisi lain, dampak longsoran turut memengaruhi infrastruktur yang dibutuhkan untuk mendukung blok produksi lain di GBC.

Adapun, PT Freeport Indonesia (PTFI) sendiri tengah mengevaluasi dampak insiden terhadap rencana produksi ke depan. Penilaian awal menunjukkan produksi akan mengalami penundaan signifikan, terutama pada kuartal empat 2025 hingga 2026.

Pemulihan bertahap GBC ditargetkan dimulai paruh pertama 2026, melalui tiga blok produksi yakni PB2 dan PB3, disusul PB1S pada paruh kedua 2026 dan sisanya PB1C pada tahun 2027.

"Pemulihan dan peningkatan produksi GBC dijadwalkan dimulai secara bertahap pada paruh pertama 2026," tulis Freeport-McMoRan Inc. (FCX.N) dikutip Jumat (26/9/2025).

Dengan kondisi tersebut, produksi tahun 2026 diperkirakan 35% lebih rendah dibanding estimasi sebelum insiden, yang sebelumnya ditargetkan mencapai 1,7 miliar pon tembaga dan 1,6 juta ounce emas.

Sebelumnya, Goldman Sachs memangkas proyeksi pasokan tambang tembaga global untuk 2025 dan 2026. Hal ini buntut terjadinya insiden longsoran di tambang bawah tanah Grasberg Block Cave (GBC) di Tembagapura, Kabupaten Mimika, Papua Tengah, yang dioperasikan PT Freeport Indonesia, anak usaha Freeport-McMoRan.

Goldman Sachs memperkirakan total kehilangan pasokan tembaga mencapai 525.000 ton imbas dari gangguan tersebut. Proyeksi pasokan tambang global pun dipangkas sebesar 160.000 ton pada paruh kedua 2025 dan 200.000 ton pada 2026.

Produksi Grasberg kini diperkirakan turun 250.000 hingga 260.000 ton pada 2025 dan berkurang 270.000 ton pada 2026. Freeport menilai produksi kuartal IV 2025 akan sangat rendah, lantaran area tambang yang tidak terdampak baru bisa kembali beroperasi pertengahan kuartal, dengan porsi sekitar 30%-40% dari kapasitas tahunan.

Sisa area tambang Grasberg diperkirakan baru dapat beroperasi kembali pada 2026. Goldman Sachs menegaskan, kehilangan produksi ini melampaui perkiraan normal gangguan pasokan global yang biasanya mereka perhitungkan.

Akibatnya, proyeksi pertumbuhan produksi tambang global 2025 dipangkas menjadi hanya naik 0,2% dibanding tahun sebelumnya, dari sebelumnya 0,8%. Sedangkan untuk 2026, proyeksi pertumbuhan diturunkan menjadi 1,9% dari semula 2,2%.

Gangguan di Grasberg juga mengubah proyeksi neraca tembaga global Goldman Sachs untuk 2025 dari surplus 105.000 ton menjadi defisit 55.500 ton. Sementara pada 2026, neraca pasokan tembaga diperkirakan masih mencatat surplus tipis.


(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Minggu Depan Freeport Produksi Katoda Tembaga Perdana

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular